Doni
Siang ini mentari begitu terik menyengat, rumput
bergoyang dibawah pohon rindang itu begitu memikat hati untuk diduduki.
Nampak dari kejauhan gadis mungil yang begitu
dikenalnya tengah asyik membaca sebuah buku. Menurut tebakannya gadis itu tidak
benar-benar membaca buku hanya membolak-balik halamannya saja dengan sesekali
pandangannya kosong menatap jauh kedepan.
Gadis mungil itu selalu mencuri dan menyita
waktunya.
“Sudah cukup lama.” Gumamnya lirih.
Dengan langkah pelan, dia menghampiri gadis itu. Sejurus
kemudian dia sudah berada di samping gadis itu. Duduk manis dan
memperhatikannya dengan seksama. Benar saja gadis itu tidak menyadari
kehadirannya. Pandangannya kosong. Buku ditangannya hanya dibolak balik
halamannya saja.
“Apa yang kamu pikirkan saat ini? Apa yang sedang
kamu rasakan?”. Pertanyaan yang ingin sekali dikatakan secara langsung.
Untuk beberapa lama gadis itu masih tidak
menyadari keadaan sekitar.
“Sudah sangat lama. Aku tidak melihatmu tertawa
Aira. Ada apa? Katakanlah! Kamu selalu menundukkan kepala dan menghindar dari
siapapun, kamu jadi penyuka kesendirian, pembenci keramaian, pembenci kontak
mata. Ada apa aira? Apa kamu tengah terluka?” pikiran itu terus mengahantuiku.
Inginku ..
“Eh, sejak kapan disini?” tanyanya penuh
keterkejutan mendapati aku tengah memperhatikan wajahnya.
Aku yang gelagapan ketahuan tengah memperhatikan
wajahnya dengan seksama tidak bisa menjawab dengan benar dan dimengertinya. “Eu,
anu Ra, aku.. aku..aku..”
“Aku sih yes” jawabnya dengan diiringi tawa
renyah. “kenapa Don, kamu kok gugup gitu? Aaaah, aku tau aku tau kamu ....!!”
“Enggak ko, aku ga lagi merhatiin kamu! Jangan geer
dulu!” sanggahku memotong pembicaraannya.
Tawanya semakin keras, dia tertawa. Ya tertawa. Aku
bisa melihatnya dan merasakannya. Tawa. Dia mentertawakan kebodohanku. Aku menyukainnya.
Meskipun dia mentertawakan kebodohanku.
“Lagi apa Ra?” ujarku malu-malu.
“Lagi ngetawain kamu” kini dia tersenyum sangat
manis menurutku.
“Ah, jahat nih masa aku diketawain!” ujarku
sembari merenggut.
“Uuuuh, Doni marah nih .. hahaha jelek ah.”
Keakraban mulai terjalin, obrolan itu terus
berlangsung, obrolan biasa namun mampu memncing tawa dan senyumnya. Aku masih
belum kehilangannya. Dia Airaku. Dia masih seperti dulu. Aira.
“Seandainya kamu tau Ra..”
DENTING GEENTING
Reviewed by Silva_
on
1:41:00 pm
Rating:
No comments:
Post a Comment