“Nak, lupakan semua
tentangnya. Mulailah hidupmu yang baru!! Jika kamu mau melakukannya aku akan
menolongmu untuk mempermudah itu semua”. Tatapannya begitu tajam, membuat
siapapun yang melihat menjadi ketakutan. “Dia menunggumu diluar, duduk bersama seorang
kawannya. Ingat, sampai kapanpun aku tidak merestui hubunganmu dengan nya”.
Perempuan itu begitu
menegaskan setiap perkataannya, ah mimpi seperti ini lagi. Lagi-lagi aku belum
sempat bertanya siapa dia, dan dia pergi begitu saja. lagipula siapa yag harus kulupakan?? siapa yang sedang menunggu diluar? Belum habis pikirku,
tiba-tiba seseorang memelukku begitu erat dari belakang.
“Siapa?” tanyaku.
“Siapa?” tanyaku.
Bukannya menjawab dia
semakin mengeratkan pelukannya. “Hei, siapa kamu?” dengan bersusah payah
akhirnya aku dapat terlepas dari pelukannya, aku terkejut bukan kepalang,
melihat pelakunya. dia seorang laki-laki
yang mungkin dimaksud perempuan tadi. “Kamu !!” ujarku seraya mengambil langkah mundur. “Sedang
apa kamu disini? Apakah kamu laki-laki yang dimaksudkan ibu tadi?”
Dia terus menatapku,
senyum khas terpancar dari wajahnya. rasanya aku mengenalnya, tapi siapa..
Langkahnya semakin cepat dia terus mendekat, hingga akhirnya terhenti karena ternyata posisi saat ini sedang berada di balkon lantai dua. Kedua tangannya menjulur memelukku, menampakan aura yang sangat kubenci.
“Lepas ! atau aku teriak !”
Langkahnya semakin cepat dia terus mendekat, hingga akhirnya terhenti karena ternyata posisi saat ini sedang berada di balkon lantai dua. Kedua tangannya menjulur memelukku, menampakan aura yang sangat kubenci.
“Lepas ! atau aku teriak !”
“Apa kamu tidak
merindukanku? Apa kamu sudah benar-benar melupakanku sekarang?”
“Lepas, dan pergilah
sejauh mungkin!!”
“Hmm, aku merindukanmu
gadisku.. tega sekali kini kamu tidak mengejarku lagi. Biarkan aku memelukmu
untuk terakhir kalinya”.
“Lepas!!”
Permintaanku tak
digubrisnya. Tidak ada pilihan lain, aku harus segera pergi, apakah aku harus
melompat? Apa aku akan mati? Tapi ini didalam mimpi, apa jika aku mati disini
aku akan mati dalam duniaku sendiri?? Tuhan, selamatkan aku.
Dengan kekuatan yang
tersisa, aku akhirnya lompat dari lantai itu. Lantai yang awalnya ku kira sederhana,
ternyata salah. Itu merupakan sebuah bagunan kuno, sangat klasik dan belum
pernah kulihat atau kudatangi sebelumnya didunia nyata, bercat putih dan coklat untung tiangnya. Ah.. aku
memasuki masa apa lagi? Perempuan-perempuan yang kulihat tadi pun mereka
menggunakan pakaian yang sudah tidak ada pada zaman ku sekarang, lantas apa aku
benar-benar sudah mati sekarang, mengapa aku belum menginjak tanah?? Tidak tunggu
suara apa itu?? Dimana aku? Kenapa ramai sekali, bagaimana aku bisa berpindah
tempat secepat ini. Ah laut. Debur suara ombak yang begitu kukenal, aroma manis
yang terasa nyata, aku dimana?? Kenapa seringkali memimpikan tempat ini.
“Lari nak, lari!! Jangan kemari,selamatkan
dirimu” seorang pak tua berteriak-teriak memberi peringatan. Dia berbicara pada
siapa?? “Nak, lari ... tempatmu bukan disini, cepat lari nak *!@$%” siapa yang
dipanggilnya? Dia melihat padaku, tapi itu bukan namaku. Siapa? Kenapa sangat
sulit kuucapkan. apa yang harus aku lakukan??
Akupun berlari, terus
berlari hingga masuk hutan belantara. Suasana semakin mencekam, jingga simbol
dari senja. Kabut dimana-dimana. Ini masih pagikah,? dimanakah mentari? Aku ingin
pulang.
Ditengah kebingungan itu,
seorang lelaki menatapku dari kejauhan, melambaikan tangan dan memberi isyarat
agar mengikutinya. Laki-laki yang begitu gagah, tinggi, rambut ikal sebahu, dan otot
yang terbentuk, sayang dia tidak memakai baju hanya memakai bawahan sehelai
kain berwarna putih. Dia tidak banyak bicara hanya terus memberi isyarat untuk
tetap diam dan mengikutinya. Perlahan cahaya mulai berubah, kini semburat merah
mulai nampak. Ada kawanku disana, bersama rombongan orang-orang yang tidak
kukenal. Pakaiannya aneh, tidak seimbang dengan dia yang membawaku. mereka memakai baju panjang muslim berwarna warni
sangat rapih, tertutup dan bercengkarama dengan sesamanya. Begitu ramai sampai
tidak terdengar apa yag mereka bicarakan. Ada yang sedang dimarahi, ada yang
menangis, ada yang mengobrol, tertawa, yang sangat kusayangkan mereka semua
berada di tengah-tengah air laut yang begitu deras. Nampak dari kejauhan pun
begitu mengerikan, aku bergidik ketakutan melihat air laut yang kotor dan menggulung
manusia-manusia itu dengan ganasnya namun mereka tetap kokoh berdiri seolah air
itu tidak ada. Aku menjerit, memanggil nama mereka yang ku kenal. Memohon agar
segera menepi, namun yang ada aku terbawa air itu. Lelaki yang tadi membawaku
hanya menatapku tanpa ekspresi, aku begitu ketakutan. Tuhan.. apa kali ini aku
benar-benar mati??
Kupejamkan mataku untuk
menghalau rasa takut ini. Namun, tidak terasa ada air disekitarku begitupun
dengan keributan yang tercipta tadi.. apa sekarang aku sudah bangun?? Kucoba membuka
mataku perlahan, kini aku dihadapka pada desaku tempat tinggalku. Ya aku begitu
mengenal tempat ini. Disini terang dan damai, sangat normal keadaan yang sangat
kukenal. Aku mulai bernafas lega. Aku ingin pulang.
Belum jauh kulangkahkan
kaki, aku tertegun kembali ketika melihat bangunan dan jalan yang kulaui. Tunggu.
Ini memang desaku, tapi tidak begini, aku tau ini desaku, tapi setauku aku
tidak tinggal di zaman ini.
Tiba-tiba, seorang
kawanku datang menghampiri. Tanpa banyak bicara dia berjalan melewatiku begitu
saja. “Hei, mau kemana? Bolehkah aku ikut denganmu!!”
“Ikutlah denganku”.
“Kemana?”
“Aku akan berlatih silat,
bukankah kamu menyukai itu. Mari kutunjukkan pada pedepokanku. Ikuti dan pegang
tanganku erat-erat.”
“Baiklah..” aku
mengikutinya berharap aku tidak tersesat. Aku tau tempat ini, aku sangat
mengenalnya tapi tempat ini sekarang sudah tidak ada di zamanku.
Bangunan bernuansa putih.
Aku mulai memasuki
halaman depannya, nampak tanaman-tanaman berjejer rapi, membuat siapapun akan
betah berada lama disana. Bangunan ini begitu besar. Apakah ini kerajaan?? Ditengah-tengah
lahan sempit pasar ada bangunan semegah ini?? Aku masih berkutat dengan
pikiranku, meluaskan pandangan.. pintu dibuka, ada banyak laki-laki sedang
duduk disana, semuanya tinggi besar memakai baju hitam, mereka mirip dengan
laki-laki terakhir yang membawaku ke laut itu. Kuucapkan salam, namun tak ada
yang menjawab salamku, mereka hanya menoleh dan betapa terkejutnya aku melihat
mata mereka putih semua.. aku langsung menundukkan pandanganku dan terus
berjalan mengikuti lagkah kawanku. Ruangan selanjutnya semakin luas dan lebih
bersih dari sebelumnya, tawa anak-anak pun terdengar nyaring diiringi dengan
munculnya beberapa anak laki-laki dan perempuan yang sedang bermain melewatiku
begitu saja.. ruangan selanjutnya berbeda lagi, itu rumah. Rumah bernuansa
putih yang berbeda, mash menggunaka bilik dan menggunakan cat hijau disetiap
tiangnya nampak seperti tempat untuk berkumpul dan juga tempat para sesepuh,
rumah itu begitu asri dan damai. Aku terus berjalan, nuansa kembali berubah,
rumah bernuansa modern, banyak perabotan terbuat dari emas. Membentuk hewan-hewan
yang menghiasi setiap sudut rumah. Nampak laki-laki dengan perawakan kekar,
mempersilahkanku untuk memasuki ruangan. Pintu terbuka, ruangan itu kosong
tiada apapun. Aku menyapu ruangan dengan padanganku melihat sekeliling, da
memikirkan arena didalam bangunan yang aneh dan unik. Laki-laki itu memintaku
menunggu yang lain datang. Aku tidak mendengarnya, begitu pintu tertutup aku
langsung membukanya kembali, begitu terbuka alangkah terkejutnya karena ruangan
telah kembali berubah, bilik-bilik bernuansa putih hijau berjejer, ada banyak
orang disana, menurut tebakanku ini pasti sebuah desa. Mereka menggunakan baju
putih dan peci untuk laki-laki sedangkan untuk perempuan menggunakan kemben dan
kebaya. Anak-aak berlarian kesana kemari, orang-orang yang sibuk dengan
pekerjaanya, ada yang menjajakan makanan, membawa potongan kayu, menarik
gerobak, menjual ayam dan lain lain.. kuberanikan diri terus berjalan, jalan
semakin buruk tidak ada aspal. Jalan ini masih tanah dan bebatuan, aku hampir
menuju akhir. Ada satu rumah yang mash bernuansa putih hijau diujung sana, baru
saja ku tempelkan tanganku pada gagang pintu seseorang menarikku dari belakang,
dia mengajakku pulang dan membawaku dengan kendaraannya.. pandanganku kabur,
semua mulai tak nampak, terlalu terang disini, semakin terang semakin terang
semakin terang, dan sunyi.
Aku terbangun. Aku berada
pada kamarku, tempat tidurku, rumahku, duniaku.
Dengan nafas
terengah-engah dan keringat yang bercucuran, kubaca istighfar dan tak henti
bersyukur.
Ini mimpi.
Sebatas mimpi.
Apa maksudnya?
Ini mash belum selesai. Banyak
cerita yang terpotong, teringat namun tak terdefinisi.
Februari 2018
nothing to lose
Reviewed by Silva_
on
5:28:00 pm
Rating:
No comments:
Post a Comment