Do you miss me like i miss you??
Hai dear, hahahaa mengingatmu membuatku tertawa, tertawa dalam luka. Tapi, diinget inget mah kaya omongan kamu da bener loh, berasa orang paling tersakiti didunia. Tapi dear, jika aku boleh menyanggah dan membela diriku, wajar aja kalo orang patah hati terlebih jika yang dikasihi enggak tau diri. Terlebih lagi wangi badan kamu nempel banget dijaket, enggak tau parfum nya yang bagus, enggak tau gimana. yang jelas itu cukup menganggu sih dikeadaan kaya sekarang ini.
Dear, aku disini baik-baik aja. Ngerasa kehilangan sih iya dan pasti. Biar pun kamu pasif dan tidak melakukan apapun, tapi aku sayang kamu. Dan mastiin diri buat enggak ngejar dan minta kamu kembali itu adalah keputusan sulit buat aku yang lagi sayang sayangnya dan berusaha percaya lagi.
Tapi dear, ada berbagai penguatan yang bikin keputusan itu ditelan meskipun pahit.
Kesempatan terakhir yang kamu minta kamu akhiri sendiri juga ya dear, lagi-lagi disaat aku kembali menerima kamu. Kesempatan terakhir dariku dan orangtuaku.
Teu nanaon sih, ngan nanaon teh kamu jiga kitu.
Dear, saat aku bilang apa kamu serius? Apa kamu siap bangun rumah tangga sama aku? Kamu dengan antusias dan sejuta rancangan nyata mengiyakan.
Bagaimana pun keadaan kamu, aku support kamu. Meski cara aku engga seperti yang kamu mau.
Dear, semua orang mendoakan yang terbaik untuk orang terkasihnya, begitupun dengan orang yang mengasihi kita, orangtua, kerabat, keluarga, sahabat dan siapapun dia. Mereka mendoakan kebaikan dan segala hal yang terbaik untuk kita, dan apakah semua itu sebanding dengan usaha kita? Dan apakah semua itu sebanding dengan perlakuan kita? Enggak dear. Kita terlalu jauh, kita terlalu menganggap mudah semuanya.
Ada doa-doa tertentu yang didengarNya, satu dari sejuta doa yang disampaikan. Bisa jadi itu doa dari orang yang mempertaruhkan nyawanya untuk kehidupan kita dulu, kini dan nanti.
Dear, betapapun kita merencanakan Dia lebih mampu dalam menentukan dan membalikkan segalanya.
Aku pernah bilang loh, jika ada apapun sampaikan mau itu enak mau tidak. Ayo selesaikan jangan dipendam, dan jangan cerita ke orang lain dan jangan sampai salah satu dari kita tau duluan itu dari orang lain.
Dear, selama ini aku tidak menyadari jika ternyata kamu memaksakan diri untuk bertahan, memaksakan diri untuk mencoba memperbaiki dan mempertahankan.
Kamu terlalu banyak menahan diri dear, kamu tidak menyampaikan jika kamu sudah lama tidak ada rasa, bahwa kamu sudah mendapatkan kebahagiaan yang kamu butuhkan dari orang lain, bahwa kamu tidak mampu untuk meneruskan dan akhirnya kamu menyerah mengikuti hati nurani kamu dan berlari kepadanya yang membuatmu bahagia dan lebih dari aku.
Ketika kamu dengan sadar mengatakan bahwa kita hanya buang buang waktu, aku masih bisa tersenyum dan menahan diri, aku mengakui jika kebersamaan ini hanya buang-buang waktu. Aku belum bisa memanfaatkan waktu sebaik yang kamu lakukan, dan ketika seharian kamu tidak ada kabar dengan mudahnya kamu hanya mengatakan kamu sedang tidak ada selera untuk mengabari siapapun, tapi dear.. saat bersamaku kamu seringkali berbalas pesan entah dengan siapa.
Kamu mulai berbeda.
Dear, salahku yang terlalu ngeyel, terus menahan dan tidak membiarkanmu bersamanya, aku memang tidak mengenalnya, aku memang tidak tau siapa dirinya, hanya saja saat pertama kulihat pesan singkat kalian yang begitu manis yang sangat berbeda dengan yang lainnya, ada perasaan lain. Sakit. Iya, hati yang terbiasa dengan rasa sakit merasakan kembali sakit yang lain, untuk waktu yang lama aku menahannya, mencoba tidak mengusik apalagi mempertanyakan keberadaan dirinya, menahan rasa sakit dan kecewa dengan mengganggap semuanya baik baik saja. Namun, lama kelamaan perasaan yang mengganjal itu begitu mengganggu. Ku tanyakan dengan perlahan siapa saja teman-temanmu , siapa saja keluargamu, dimana mereka. Semua itu agar aku tidak salah paham dan tidak menduga. Namun dia tak ada di bagian manapun, dia satu-satunya orang yang tidak kamu sebutkan.
Mungkin kamu tidak menyadarinya jika aku terus menanyakan keberadaan dirinya, berbagai pertanyaan dan segala hal tidak berhasil kudapatkan siapa dia, sampai akhirnya maaf dear aku mengusik kalian aku menghubunginya, aku penasaran dengan sejauh apa kalian. Aku tidak bisa menahan diri lagi.
Meskipun dia hanya mengakui diri hanya teman, rasanya tidak wajar jika seorang teman wanita mengajak untuk menginap dan bertemu sedangkan kalian punya pasangan masing-masing.
Selang beberapa hari dengan santai kamu menjelaskan hal yang serupa namun tak sama.
Tak mengapa dear, aku paham ko.
Entah apa yang membuatmu tak dapat menahannya, akhirnya kamu memutuskan untuk berhenti. Dan luar biasanya dear, wanita itu orang pertama yang kamu beritahu, sama halnya dengan apa yang dulu kamu lakukan padaku.
Dear, jika memang dia kejarlah. Tunggulah dan kemudian berhenti. Berhenti menyakiti dan mengecewakan.
Dear, terimakasih untuk keputusan ini, terimakasih memberikanku ruang untuk memberikan rasa kepada yang seharusnya, memberikan apa yang aku punya untuk seseorang yang khusus dikirimkan untukku.
Dear, berbahagialah..
Maaf terlalu lama menahanmu. Maaf membuatmu merasa terbebani.
Saat kamu memberikan video dan rekaman suara untuk menyampaikan apa yang ingin kamu sampaikan, aku bisa lewat tulisan, meskipun enggak tau kapan kamu baca dan bahkan kamu enggak tau jika tulisan ini dibuat.
Harusnya aku sadar kan ya ketika terakhir kali kita jalan dan kamu kasih aku rekaman video yang backsound nya ada lagu I hate U i love U .. yang sedih banget itu lirik ditambah cuplikan video yang aku komentarin ini ko masing-masing kaya orang ngelamun trus flash back tentang mereka dulu yang kemudian pisah. Dan aku enggak nyangka itu terjadi juga ternyata.. hoalaah, harus hati-hati banget emang kalo ngomng tuh ya.
Dear, disaat yang bersamaan orang-orang yang menyayangiku kembali hadir, menawarkan diri menjadi obat hingga aku pulih nanti. Banyak cara yang ditunjukkan, cara yang dilakukan masing-masing dari orang itu.
Dear, maaf pernah mengatakan bahwa pertemuan kemarin adalah pertemuan terakhir, maaf mengatakan untuk memutuskan segalanya, maaf telah egois.
Dear, aku hanya seorang dibalik layar yang akhirnya harus melepas dan melihat kenyataan seluas-luasnya.
Apapun alasanmu sebenarnya, apapun penguatanmu sebenarnya, meskipun aku peduli sekalipun aku ingin tahu, tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa.
Selain melihatmu dari kejauhan sama halnya dengan yang dilakukan mereka yang ku abaikan demi mengikuti kata hati.
Dear, maaf kali ini aku membiarkanmu, kali ini aku tidak akan mengejar kamu.
Aku akan mengejar apa yang harus ku kejar, bahkan jika itu sulit aku tau aku enggak sendiri.
Dear, disaat seperti ini , disaat aku tau bagaimana keadaan kamu, baik itu mental dan fisik rasanya ingin ada disamping kamu, nemenin kamu, bareng-bareng bangun proyek, support kamu, dan wujudin semua yang ada di whist list.. tapi jika diingat kembali semua itu bukan untukku, dear..
Bahkan jika kelak kita kembali bertemu, sikap apa yang harus aku kasih sama kamu ?
Kamu terlalu tinggi untuk ku gapai, aku sangat tidak sebanding dengan kamu.
Dear,
Aku benci mengakui bahwa aku merindukanmu, aku benci mengakui kenyataan untuk menahan dan meredam semua ini. Aku benci kenyataan bahwa aku juga melakukan hal yang sama pada mereka yang benar-benar tulus untuk menjagaku. Dia sedang mengingatkan dan menyadarkan akan segala hal yang telah aku lakukan dan lewatkan.
Sekarang, entah kamu sedang apa kuharap kamu baik-baik saja dan bahkan lebih baik dari sebelumnya. Dengan sejuta karya dan rencana gila yang kamu lakukan. Aku tetap menjadi pengagum semua itu. Mengikuti kegiatan yang kamu lakukan, mengaui kehebatan yang kamu ciptakan.
Dear, jangan mencintai dia yang sudah menjadi milik orang lain. Jangan merusak kebahagiaan mereka, sekalipun wanita itu yang memulai jangan bairkan lelakinya merasakan apa yang aku rasakan.
Masih banyak wanita lain, cari mereka yang benar-benar membuatmu bahagia.
Dear..
Semoga segala hal yang kita lalui sebelumnya diampuniNya.
Lancar terus buat segala kerjaan dan usahanya. Terus berkarya dan bermanfaat untuk semuanya.
Terimakasih untuk segala pelajaran. Ya setidaknya kita telah berusaha.
Aku pamit.
Hai dear, hahahaa mengingatmu membuatku tertawa, tertawa dalam luka. Tapi, diinget inget mah kaya omongan kamu da bener loh, berasa orang paling tersakiti didunia. Tapi dear, jika aku boleh menyanggah dan membela diriku, wajar aja kalo orang patah hati terlebih jika yang dikasihi enggak tau diri. Terlebih lagi wangi badan kamu nempel banget dijaket, enggak tau parfum nya yang bagus, enggak tau gimana. yang jelas itu cukup menganggu sih dikeadaan kaya sekarang ini.
Dear, aku disini baik-baik aja. Ngerasa kehilangan sih iya dan pasti. Biar pun kamu pasif dan tidak melakukan apapun, tapi aku sayang kamu. Dan mastiin diri buat enggak ngejar dan minta kamu kembali itu adalah keputusan sulit buat aku yang lagi sayang sayangnya dan berusaha percaya lagi.
Tapi dear, ada berbagai penguatan yang bikin keputusan itu ditelan meskipun pahit.
Kesempatan terakhir yang kamu minta kamu akhiri sendiri juga ya dear, lagi-lagi disaat aku kembali menerima kamu. Kesempatan terakhir dariku dan orangtuaku.
Teu nanaon sih, ngan nanaon teh kamu jiga kitu.
Dear, saat aku bilang apa kamu serius? Apa kamu siap bangun rumah tangga sama aku? Kamu dengan antusias dan sejuta rancangan nyata mengiyakan.
Bagaimana pun keadaan kamu, aku support kamu. Meski cara aku engga seperti yang kamu mau.
Dear, semua orang mendoakan yang terbaik untuk orang terkasihnya, begitupun dengan orang yang mengasihi kita, orangtua, kerabat, keluarga, sahabat dan siapapun dia. Mereka mendoakan kebaikan dan segala hal yang terbaik untuk kita, dan apakah semua itu sebanding dengan usaha kita? Dan apakah semua itu sebanding dengan perlakuan kita? Enggak dear. Kita terlalu jauh, kita terlalu menganggap mudah semuanya.
Ada doa-doa tertentu yang didengarNya, satu dari sejuta doa yang disampaikan. Bisa jadi itu doa dari orang yang mempertaruhkan nyawanya untuk kehidupan kita dulu, kini dan nanti.
Dear, betapapun kita merencanakan Dia lebih mampu dalam menentukan dan membalikkan segalanya.
Aku pernah bilang loh, jika ada apapun sampaikan mau itu enak mau tidak. Ayo selesaikan jangan dipendam, dan jangan cerita ke orang lain dan jangan sampai salah satu dari kita tau duluan itu dari orang lain.
Dear, selama ini aku tidak menyadari jika ternyata kamu memaksakan diri untuk bertahan, memaksakan diri untuk mencoba memperbaiki dan mempertahankan.
Kamu terlalu banyak menahan diri dear, kamu tidak menyampaikan jika kamu sudah lama tidak ada rasa, bahwa kamu sudah mendapatkan kebahagiaan yang kamu butuhkan dari orang lain, bahwa kamu tidak mampu untuk meneruskan dan akhirnya kamu menyerah mengikuti hati nurani kamu dan berlari kepadanya yang membuatmu bahagia dan lebih dari aku.
Ketika kamu dengan sadar mengatakan bahwa kita hanya buang buang waktu, aku masih bisa tersenyum dan menahan diri, aku mengakui jika kebersamaan ini hanya buang-buang waktu. Aku belum bisa memanfaatkan waktu sebaik yang kamu lakukan, dan ketika seharian kamu tidak ada kabar dengan mudahnya kamu hanya mengatakan kamu sedang tidak ada selera untuk mengabari siapapun, tapi dear.. saat bersamaku kamu seringkali berbalas pesan entah dengan siapa.
Kamu mulai berbeda.
Dear, salahku yang terlalu ngeyel, terus menahan dan tidak membiarkanmu bersamanya, aku memang tidak mengenalnya, aku memang tidak tau siapa dirinya, hanya saja saat pertama kulihat pesan singkat kalian yang begitu manis yang sangat berbeda dengan yang lainnya, ada perasaan lain. Sakit. Iya, hati yang terbiasa dengan rasa sakit merasakan kembali sakit yang lain, untuk waktu yang lama aku menahannya, mencoba tidak mengusik apalagi mempertanyakan keberadaan dirinya, menahan rasa sakit dan kecewa dengan mengganggap semuanya baik baik saja. Namun, lama kelamaan perasaan yang mengganjal itu begitu mengganggu. Ku tanyakan dengan perlahan siapa saja teman-temanmu , siapa saja keluargamu, dimana mereka. Semua itu agar aku tidak salah paham dan tidak menduga. Namun dia tak ada di bagian manapun, dia satu-satunya orang yang tidak kamu sebutkan.
Mungkin kamu tidak menyadarinya jika aku terus menanyakan keberadaan dirinya, berbagai pertanyaan dan segala hal tidak berhasil kudapatkan siapa dia, sampai akhirnya maaf dear aku mengusik kalian aku menghubunginya, aku penasaran dengan sejauh apa kalian. Aku tidak bisa menahan diri lagi.
Meskipun dia hanya mengakui diri hanya teman, rasanya tidak wajar jika seorang teman wanita mengajak untuk menginap dan bertemu sedangkan kalian punya pasangan masing-masing.
Selang beberapa hari dengan santai kamu menjelaskan hal yang serupa namun tak sama.
Tak mengapa dear, aku paham ko.
Entah apa yang membuatmu tak dapat menahannya, akhirnya kamu memutuskan untuk berhenti. Dan luar biasanya dear, wanita itu orang pertama yang kamu beritahu, sama halnya dengan apa yang dulu kamu lakukan padaku.
Dear, jika memang dia kejarlah. Tunggulah dan kemudian berhenti. Berhenti menyakiti dan mengecewakan.
Dear, terimakasih untuk keputusan ini, terimakasih memberikanku ruang untuk memberikan rasa kepada yang seharusnya, memberikan apa yang aku punya untuk seseorang yang khusus dikirimkan untukku.
Dear, berbahagialah..
Maaf terlalu lama menahanmu. Maaf membuatmu merasa terbebani.
Saat kamu memberikan video dan rekaman suara untuk menyampaikan apa yang ingin kamu sampaikan, aku bisa lewat tulisan, meskipun enggak tau kapan kamu baca dan bahkan kamu enggak tau jika tulisan ini dibuat.
Harusnya aku sadar kan ya ketika terakhir kali kita jalan dan kamu kasih aku rekaman video yang backsound nya ada lagu I hate U i love U .. yang sedih banget itu lirik ditambah cuplikan video yang aku komentarin ini ko masing-masing kaya orang ngelamun trus flash back tentang mereka dulu yang kemudian pisah. Dan aku enggak nyangka itu terjadi juga ternyata.. hoalaah, harus hati-hati banget emang kalo ngomng tuh ya.
Dear, disaat yang bersamaan orang-orang yang menyayangiku kembali hadir, menawarkan diri menjadi obat hingga aku pulih nanti. Banyak cara yang ditunjukkan, cara yang dilakukan masing-masing dari orang itu.
Dear, maaf pernah mengatakan bahwa pertemuan kemarin adalah pertemuan terakhir, maaf mengatakan untuk memutuskan segalanya, maaf telah egois.
Dear, aku hanya seorang dibalik layar yang akhirnya harus melepas dan melihat kenyataan seluas-luasnya.
Apapun alasanmu sebenarnya, apapun penguatanmu sebenarnya, meskipun aku peduli sekalipun aku ingin tahu, tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa.
Selain melihatmu dari kejauhan sama halnya dengan yang dilakukan mereka yang ku abaikan demi mengikuti kata hati.
Dear, maaf kali ini aku membiarkanmu, kali ini aku tidak akan mengejar kamu.
Aku akan mengejar apa yang harus ku kejar, bahkan jika itu sulit aku tau aku enggak sendiri.
Dear, disaat seperti ini , disaat aku tau bagaimana keadaan kamu, baik itu mental dan fisik rasanya ingin ada disamping kamu, nemenin kamu, bareng-bareng bangun proyek, support kamu, dan wujudin semua yang ada di whist list.. tapi jika diingat kembali semua itu bukan untukku, dear..
Bahkan jika kelak kita kembali bertemu, sikap apa yang harus aku kasih sama kamu ?
Kamu terlalu tinggi untuk ku gapai, aku sangat tidak sebanding dengan kamu.
Dear,
Aku benci mengakui bahwa aku merindukanmu, aku benci mengakui kenyataan untuk menahan dan meredam semua ini. Aku benci kenyataan bahwa aku juga melakukan hal yang sama pada mereka yang benar-benar tulus untuk menjagaku. Dia sedang mengingatkan dan menyadarkan akan segala hal yang telah aku lakukan dan lewatkan.
Sekarang, entah kamu sedang apa kuharap kamu baik-baik saja dan bahkan lebih baik dari sebelumnya. Dengan sejuta karya dan rencana gila yang kamu lakukan. Aku tetap menjadi pengagum semua itu. Mengikuti kegiatan yang kamu lakukan, mengaui kehebatan yang kamu ciptakan.
Dear, jangan mencintai dia yang sudah menjadi milik orang lain. Jangan merusak kebahagiaan mereka, sekalipun wanita itu yang memulai jangan bairkan lelakinya merasakan apa yang aku rasakan.
Masih banyak wanita lain, cari mereka yang benar-benar membuatmu bahagia.
Dear..
Semoga segala hal yang kita lalui sebelumnya diampuniNya.
Lancar terus buat segala kerjaan dan usahanya. Terus berkarya dan bermanfaat untuk semuanya.
Terimakasih untuk segala pelajaran. Ya setidaknya kita telah berusaha.
Aku pamit.
The Last Time
Reviewed by Silva_
on
11:49:00 am
Rating:
No comments:
Post a Comment