Bakka

Kawan, aku ingin bercerita. 
Maukah kau mendengarkanku? 
Aku tidak tau bagaimana menyelesaikan persoalan ini. Ini begitu rumit untukku.

Jika kamu ingin mendengarkan ceritaku, maka simak baik-baik dan jangan memotong ceritaku bahkan bertanya di tengah-tengah cerita.

Karena,
Jika demikian, maka aku tidak akan menyelesaikan ceritaku ini.
Bahkan jika kamu gatal ingin berkomentar, bersabarlah sampai cerita ini selesai.

Bagiamana ? 

Bersedia ? 

Deal or no deal ??

Jika tidak, maka segera keluar dan jangan meneruskan untuk membuang dua menit berharga untuk membaca awalan saja, karena aku tidak bisa mengembalikan waktu berharga milikmu kawan.

Baiklah ..

Kawan, apa kamu pernah jatuh cinta?
Apakah cintamu membalas?
Apakah orangtuamu mendukungmu?


Kawan, aku ingin bercerita..
Namun ini hanya uraian singkat yang ingin aku sampaikan, meskipun aku tidak yakin apakah kamu akan mengerti dan membantu atau tidak.

Kawan ..
Sekarang Aku tengah jatuh cinta pada seseorang, seseorang yang berbeda menurutku. Terang saja karena setiap insan tidak ada yang sama kan? Beruntungnya dia juga memiliki perasaan yang sama terhadapku.

Aku dan dia akhirnya saling mengungkapkan perasaan kami masing-masing, awalnya takut dan malu bahkan tidak percaya saat mengakui bahwa aku memang jatuh cinta padanya.

Ketika ada yang mengatakan kejar dia, kejar.. buat kamu bahagia kejar ikuti hati kamu dan percayalah bahwa dia juga sayang dan cinta sama kamu.

Orang yang memotivasi disaat kamu kalang kabut karena perasaanmu, tentu saja di dengarkan terlebih apa yang dikatakan masuk akal, dan yang mengatakan juga aku percaya padanya.

Lantas bagaimana jika ternya antara kamu dan laki-laki yang kamu suka sudah menautkan hati, tiba-tiba sang motivator meminta kejelasan hubungan, bahkan tengah dalam persiapan yang paripurna untuk meminangmu?
Untuk mempermudah analisis, mari kita pakai nama untuk setiap peran. Berdasarkan banyaknya masukan dan nama favorit yang masuk ke inbox, maka kita ambil nama Alea untuk Aku, Abi untuk laki-laki yang bersamaku, dan Rio untuk sang motivator. Akan ada pemain tambahan yang akan di tambahkan di tengah cerita.

Kawan, aku dan Abi sudah saling mengungkapkan perasaan kami, bahkan kami memiliki niatan untuk menjalankan hubungan ini ke arah serius.

Aku dan Rio sebelumnya memiliki kedekatan yang aku juga tidak tau apa definisi dari hubungan kami ini. Kedekatan kami berawal dari event-event yang terjadi, dan dia berada denganku saat itu untuk melindungiku dari orang-orang yang berniat tidak baik menurutnya dan akan menghancurkanku. Aku yang tidak tau apa-apa hanya mengikuti saja apa yang dia sampaikan.

Hari demi hari kami selalu bersama, dalam seminggu paling ada dua sampai tiga hari waktu untuk kami tidak bersama. Hal itu berlangsung untuk beberapa bulan lamanya. Ada perasaan sayang yang tumbuh dariku, perasaan dilindungi dan dijadikan bak seorang putri. Saat itu keadaan sangat memungkinkan untuk tumbuhnya perasaan itu, terlebih ketiga sabataku Satria, Roman, dan Stefan tidak lagi bisa melindungiku atau bahkan bermain bersamaku.

Satria yang memiliki kekasih, Stefan yang sibuk kerja, dan Roman yang sibuk dengan segala sesuatu. Kami hanya berkumpul di kala weekend saja, dan itupun tidak intens lagi. Telepon yang setiap malam berdering antara kami berempat kini tidak terdengar lagi. Hubungan kami sebatas menanyakan kabar dan menilai dari jauh.

Kedekatan ku dengan Riopun tercium mereka, aku di sidang oleh mereka bertiga, dan ketiganya menyatakan keberatan aku bersamanya. Namun, aku yang keukeuh bahwa Rio adalah orang baik karena aku begitu mengenalnya. Ya ! aku mengenal Rio dengan baik, aku mengetahui bagaimana dirinya dan juga keluarganya.

Akupun sempat berpikir bahwa aku akan hidup selamanya dengannya, terlebih aku tidak diberikan kesempatan olehnya untuk dapat bersama lelaki lain lewat apapun itu. Namun, di saat seperti itu, aku justru tidak bisa melupakan rasa cintaku terhadap Yusuf.

Hari-hari yang kulewati bersama Rio tidak pernah lepas dari ceritaku tentang Yusuf. Aku begitu mendambanya, dan kamu tau kawan, yusuf memiliki rasa yang sama terhadapku. Kami tidak bisa bersatu karena ada Rio. Dia menghargai Rio. Dia tidak ingin bersamaku karena Rio. Lantas perasaanku??

Rio, lelaki baik. aku mencoba untuk bisa bersamanya dan meyakinkan bahwa dia orang yang tepat. Tapi sayang aku tidak bisa, Rio seringkali meyakinkanku akan segala hal. Memberikan apa yang kubutuhkan bahkan dia mendukungku dengan Yusuf. Namun nasi sudah menjadi bubur, bagaimana mungkin Yusuf percaya aku dan dia tidak memiliki hubungan apa-apa. Aku yang keukeuh tidak mengakui adanya hubungan spesial sedangkan dia yang berkoar bahwa aku dan dia adalah sepasang kekasih.
Yusuf..

Sesekali aku masih memikirkannya, bahkan setelah sering kudengar kabar nya dari sahabatku Vita, aku kerap menyesalkan hal itu. Seandainya saja, ya seandainya saja.

Yusuf, laki-laki pertama yang membuatku jatuh cinta seperti itu. Aku tidak pernah mengalami hal yang aku alami pada Yusuf. Ketika bertemu dengannya, perasaannku tidak karuan, jantungku berdegup sangat kencang, bahkan aku sampai gemetaran. Ketika dia melihatku dan tersenyum padaku, lemas sebadan-badan. Ini benar-benar kejadian yang aku alami. Vita, Ani dan Uci jadi saksi bagaimana aku gemetar saat melihatnya.

Segala sesuatu memang sudah ada yang mengatur, mungkin memang seharusnya antara aku dan Yusuf tidak bersatu, dan aku percaya segala sesuatunya akan mendapatkan jawaban.

Abi.
Laki-laki yang baik, yang dari awal tidak ada pemikiran untuk bisa jatuh cinta sama dia dan menjadi akhir antara aku dan Rio.

Pertemuan ku dengan Abi, secara tidak sengaja, dan aku merasakan apa yang aku rasakan pada Yusuf dulu. Meski tidak sepenuhnya, tapi hatiku selalu ingin mengetahui bagaimana Abi, dan segala sesuatu tentang Abi.

Sebelum sama Abi, aku akan kembali bercerita saatku bersama Rio. Agak panjang ceritanya dari dugaan. Hubungan ku dengan Rio tidak bernama dan berlabel. Kami jalan begitu saja, kadang aku meyakinkan diri untuk dapat bersamanya, kenyamanan yang kumiliki dengannya dan juga rasa terkekang bercampur jadi satu.
Ketika hubungan kami tenah baik-baik saja, tanpa sengaja aku bertanya padanya pertanyaan yang terjawab dan menjadi langkah selanjutnya untuk kehidupan aku dan Rio.

“Rio.... selama ini kan hubungan kita baik-baik aja, kamu pernah berpikir enggak kalo hubungan ini membosankan? Tidak ada hal yang membuat greget, monoton. Kira-kira gimana ya cara Tuhan buat misahin kita? Apa yah yang bakal bikin kita berantem hebat? Bentar lagi kamu lulus dan aku akan menjalankan program kampus. Kalo aku ketemu orang lain dan berjodoh sama dia gimana? seperti yang sering kamu ceritakan dan kamu ungkapkan. Tapi kalo menurut aku, baiknya kamu jangan berpikir kaya gitu, nantinya aku beneran cinlok dan berjodoh sama dia. Nanti kamu gimana? sanggup kalo enggak ada aku?”

Pertanyaan bodoh sih sebenarnya, dan itu keluar sepulang aku piknik bareng keluarga Rio. Jawabannya Rio justru lebih canggih, dia menjawab bahwa aku yang tidak akan bisa apa-apa tanpa dia. Apalagi dia akan mengikuti program untuk berada di luar daerah selama beberapa tahun, dan dia terus mewantiku untuk tidak melakukan hal konyol apapun.

Hubungan aku dan Rio memang unik, meski bersama meski aku menyayanginya, namun aku selalu menceritakan lelaki lain dan dia pun menceritakan wanita lain.

Hingga pada akhirnya, mentalku terkena hal yang tidak masuk akal dan tidak ku mengerti.
Aku mendadak lupa ingatan. Lupa akan segala hal, membenci tanpa alasan.

Disaat seperti itu aku mengenal Abi.

Abi yang sangat berbeda dengan Rio. Aku selalu bisa tertawa dengannya. Bahkan jangankan Rio, Yusuf yang aku damba pun aku bisa lupa dan tidak mengingat apapun tentangnya.

Kedekatanku dengan Abi menjadi awal kemarahan Rio. Sikapnya berubah drastis. Aku yang tidak merasa bersalah karena bersama Abi menjadi bual-bualan haters yang memang menjadi bumbu kehancuran hubunganku dengan Rio. Aku dengan Abi pun tidak meresmikan hubungan dan tidak memiliki ikatan apapun. Rio yang semakin over protectif membuatku semakin tidak nyaman bersamanya.

Beberapa bulan aku memilih tidak bersama keduanya. Pertengakaran hebat antara aku dan Rio dan antara aku dengan Abi.

Membuatku semakin jatuh dan kehilangan orang yang bisa kupercaya.

Disaat seperti itu, Ara hadir. Sosok yang kukenal sekilas. Ara menemani disaat tersulit hidupku saat itu, dia yang bawel, dia yang berisik dan dia yang diluar dugaan. Menyenangkan bisa mengenalnya. Berbagi cerita suka dan duka. Aku bebas menceritakan apapun begitupun dia. Ditengah kenyamanan yang tercipta, Ara tanpa terduga menyampaikan keseriusan bersamaku tanpa bertanya terlebih dahulu dia merancang waktu dan segala sesuatunya untuk bisa meminangku.

Aku mulai menjauh, aku mulai takut.

Saat seperti itu, Abi dan Rio kembali hadir. Abi yang meminta maaf dan ingin kembali berhubungan baik bahkan serius untuk menikah dan Rio yang kembali dengan tanpa memakai hati.

Rio sering bilang kalo sekarang kehadirannya tanpa hati. Cukup ambigu menurutku, sampai akhirnya aku berani mengatakan dan memutuskan hidupku. Aku memintanya kerumah untuk meminangku. Jawabannya diluar dugaan, dia tidak siap. Secara nafsu siap secara yang lain tidak.

Pikirku yang bodoh ini, berarti dia hanya berdasar nafsu saja dan memang sudah tidak ada hati padaku jelas sekali.

Akhirnya aku mantapkan hati dengan Abi.

Kawan pasti kamu bertanya, kenapa tidak Ara? Kenapa bukan dia? Kenapa Abi?

Kawan..

Aku menyayangi Ara, namun pilihanku ada di Rio dan Abi kala itu. Itu sebabnya aku menjauh dan diapun bergerak mundur dengan sendirinya, aku bingung kawan ini pilihan sulit. Pilihan seumur hidup.

Aku mengira dan menganggap hubungan ku dengan Rio telah usai sehingga aku kembali membuka hati untuk Abi.

Kemarin di penghujung senja, Rio yang datang dan selalu tau tepat dimana aku sedang membutuhkan seseorang memberikan penawaran yang membingungkan.

“Alea, aku tidak akan membahas lagi bagaimana kisahmu dengan Abi. Aku akan terima apapun kamu meski kamu sudah bersama Abi, tunggu aku satu tahun lagi aku akan datang untuk kamu.”

Aku?

Aku pikir aku gila mendengarnya hahahaa bagaimana bisa? Bagaimana mungkin? Kemarin dia berkata dia ikhlas melepasku dan membiarkanku memilih Abi, kemarin dia sendiri yang mengatakan bahwa dia mengakui kekalahan dirinya karena Abi, lalu sekarang setelah aku memilih Abi, aaaarrrrgh apa-apaan ini? Lelucon apa ini? Kenapa mudah sekali mengatakan sesuatu?

Di keadaan seperti itu Ara dan Vita juga menggila, Ara yang naik turun dalam niatannya bersamaku dan Vita yang menyampaikan kembali tentang Yusuf yang juga ingin bersamaku dan masih terhalang keberadaan Rio.

Aku pasti sudah gila, terlebih hatiku mulai goyah. Entah mengapa hatiku goyah, tergoyahkan siapa ini? Padahal sebelumnya aku sudah memantapkan hati untuk Abi.

Aku bingung, aku tidak ingin menyakiti siapapun kawan..
Ara baik, sangat baik. aku tidak memilihnya bukan karena apa-apa, ada orang lain yang urusannya hingga kini belum selesai. Aku menyayangi Ara, aku memiliki teman jika bersamanya, memiliki saudara laki-laki yang tidak kumiliki.

Rio baik, tidak kalah baik dari yang lain. Bahkan aku mengenalnya lebih dari kamu mengenal dia. Tapi, menurutku aku dan Rio telah usai lama, meskipun menurutnya itu berdasarkan emosi tapi aku tau itu jawaban terjujur yang disampaikannya. Penyataan mundur, tidak akan pernah mencintai aku lagi, kalah dan sebagainya. Tapi .. tapi bagaimana bisa berubah drastis seperti itu setelah dia tau ada Abi bersamaku?

Abi.. lelaki yang paling cuek dan memiliki cara tersendiri untuk bersamaku, aku memilihnya karena satu dan lain hal. Bersama Abi tidak seperti bersama yang lain. Tidak ada komunikasi intens, tidak ada piknik, bertemu keluarga, ngedate, tidak ada telepon berdering sepanjang hari. Dia berbeda dari siapapun. Entah mengapa aku memilihnya. Mengikuti hati dan melawan logika.

Lantas sekarang, dari uraian singkat ini apa yang harus aku lakukan menurutmu kawan?
Apakah aku kejam ?
Dan nampak sangat bodoh?
Apa kamu mengerti apa maksudku?
Kenapa kamu diam?
Apa kamu mendengarkanku?

Kawan ..
Bakka Bakka Reviewed by Silva_ on 10:56:00 am Rating: 5

2 comments:

Unknown said...

Pilih komitmen kamu yang paling akhir...
Dan hati kamu yang paling tau.
Saat kamu sudah memilih, saat itu gak ada yg harus sakit hati gak ada yang akan bertanya dan memintamu untuk memberikan alasan.
Pilih lah dengan cepat dan akhiri semua kebingungan kamu. Semua orang yang dekat pun akan bijak menyikapinya...

Silva_ said...

Pilihanku membunuhku perlahan.. Meski begitu, setidaknya aku sudah mencoba

Powered by Blogger.