Seseorang sukses karena semua usahanya, itupun dengan dibantu
berbagai faktor, usaha keras, kemauan, tekad dan diserta doa orang terkasih,
orangtua, keluarga, dan pasangan halal kita. Begitupun dengan apa yang aku
alami. Sebelum keluargaku seperti sekarang ini, memiliki sebuah CV dan
perusahaan yang ternama, akupun mengalami jatuh bangun dalam usahaku.
Dulu, dulu sekali aku hanyalah seorang pegawai biasa. Pekerjaanku adalah
menjual barang milik orang lain, aku menjajakan barang tersebut sambil
berkeliling dari setiap gang setiap desa bahkan setiap kota yang aku singgahi. Aku
menyimpan barang-barang itu dipundakku, menanggungnya dan menjadikan itu sumber
penghasilanku satu-satunya.
Aku tidak sendirian, 5 sampai 7 orang menjadi kawanku dalam berjualan. Kami dikumpulkan, dan dibawa menggunakan sebuah truk, lalu diberhentikan disebuah
desa dan mulai menjajakan barang yang kami bawa. Dengan pekerjaanku yang
seperti ini, aku sering meninggalkan anak istriku dalam waktu yang lama. Seminggu,
dua minggu, bahkan berbulan-bulan lamanya.
Aku paham betul semua ada resikonya seperti apa yang kulakukan
sekarang, aku begini bukan aku tak mencintai mereka, namun ini karena aku
sangat mencintai mereka dan menginginkan mereka hidup bahagia dan damai dengan
uang yang aku kumpulkan dari pekerjaan sehari-hari. Meskipun lelah, meskipun
rindu aku harus tetap melakukan pekerjaan ini. Ketahuilah nak, jika kamu sudah
besar nanti kamu akan paham karena kamu harus merasakan proses demi proses
dalam mencapai segala sesuatu. Dimana jalan yang dilalui tidaklah mudah.
Aku menjual barang orang lain bertahun-tahun lamanya, karena kerja
kerasku dan hasil kerjaku yang memuaskan, hal itulah yang membuat atasanku akhirnya mempercayaiku bahkan
menganggapku sebagai keluarganya sendiri aku diberi kepercayaan untuk memulai
usahaku sendiri. Bermodal ilmu yang
kudapat dari pengalaman serta arahan dari atasan, aku beranikan diri
membuka usaha dengan uang yang berhasil aku kumpulkan selama bekerja. Lagi-lagi
tidak semuanya berhasil dengan baik, sudah jalannya karena semakin tinggi pohon
maka akan semakin kencang anginnya.
Satu waktu, ada seorang saudagar yang memesan barang daganganku,
tidak tanggung-tanggung dia memesan sebanyak satu mobil truk. Jika diuangkan
pada saat ini satu truk itu mencapai puluhan juta rupiah, aku berpikir aku beruntung
mendapatkan semua ini, barangku terjual dan uangnya bisa aku gunakan untuk
membeli barang baru, membahagiakan anak istriku dan menyisihkan untuk keperluan
tak terduga. Namun, ketika aku datang menemui orang tersebut, uang itu bahkan tidak
cukup untuk mengganti modal tidak ada untung seperti yang aku harapkan, hanya
ada uang untuk makan dan ongkos pulang saja.
Tak mengapa, mungkin memang belum rezekinya. Pikirku.
Pembeli itu membawa kabur semua uang dan barang yang sebelumnya
sudah dipesan. Aku kalang kabut, karena barang itu bukan sepenuhnya milkku,
namun juga milik kawanku. Jangankan mengganti modal yang aku punya, berharap
untung malah jadi buntung. Aku memutar otakku, bagaimana caranya untuk bisa
membayar barang mereka, kawan-kawanku mereka pun mengaharapkan untung
minimalnya sesuai modal awal, terlebih merekapun sama sudah berkeluarga. Disana
aku memberanikan diri, aku menjual semua yang aku punya, rumah, mobil, barang
yang tersisa semuanya dan ini karena aku merasakan apa yang mereka rasakan
serta ini merupakan tanggung jawabku.
Saat itu menjadi saat-saat yang buruk aku rugi besar dan usaha
yang baru ku bangun, bangkrut. Aku harus segera gulung tikar.
Aku tidak memiliki apapun lagi. Selain keluarga yang selalu
menungguku dirumah setiap harinya. Dibalik keterpurukan dan krisis yang terjadi
aku tidak bisa berhenti memikirkan apa langkah selanjutnya yang harus aku
lakukan, bagaimana caraku menafkahi keluarga, memberi mereka hidup yang nyaman
dan bahagia, melihat mereka tidur dengan nyenyak dan menikmati makanan enak,
aku harus kembali bangkit bekerja keras dan melaksanakan tugas ku sebagai
seorang suami dan ayah.
Aku tidak peduli dengan harga diriku, aku tidak bisa jika harus berdiam
diri dan meratapi nasib. Segala kulakukan, aku menjadi seorang pemulung. Semua hal
yang dapat dijual kembali aku ambil. Aku kembali mengumpulkan semuanya meski
dalam kurun waktu yang sangat lama.
Rupiah demi rupiah mulai terkumpul kembali, dan aku memutuskan
membuka sebuah usaha baru.
Aku dan ketiga anak laki-lakiku bekerja keras, mencetak batu bata
dan menjualnya. Proses yang tidak sebentar hanya untuk menghasilkan satu buah
batu bata, terlebih anak-anakku masih kecil, mereka kehilangan masa kecilnya
karena aku. “.....Maafkan ayah nak,
kelak kalian akan merasakan kebahagiaan yang tiada terkira, kelak kalian akan
lebih sukses dan menjadi pengusaha bahkan menjadi orang besar, kalian sudah
merasakan bagaimana sakitnya, kalian sudah belajar menjadi seorang yang
prihatin, maka janganlah kalian membuat orang lain susah, permudah segala
urusan orang maka urusan kamu pun akan dipermudah tuhan, teruslah belajar,
teruslah mandiri, bersabarlah semuanya, tetaplah sertakan tuhan disetiap
langkahmu”.
Usaha baruku, ternyata tidak lebih baik dari sebelumnya, hasil
yang didapat tidak mencukupi kebetuhan keluarga yang semakin meningkat. Aku kembali
bangkrut.
Seperti sebelumnya, aku tidak bisa berdiam diri dan membiarkan
keluargaku menderita, aku meminjam modal kepada temanku untuk memulai usaha
yang baru, ya aku menjadi petani bawang merah sekarang. Pelan-pelan tapi pasti,
aku bahagia karena usaha ini membuahkan hasil yang luar biasa. Aku mendapat
keuntungan besar darinya.
Sampai suatu waktu, ada seorang saudagar kaya yang memesan bawang
dengan jumlah yang tidak tanggung-tanggung, mereka memesan berton-ton
banyaknya. Namun, sayang bawang yang berjumlah banyak itu dibawa kabur oleh
supir yang bertugas, aku kembali rugi besar. Uang puluhan juta melayang begitu
saja. Aku melaporkannya kepada yang berwajib, namun tidak membuahkan hasil,
orang dan barang tidak ditemukan semuanya menghilang. Untuk kesekian kalinya
aku kembali mengalami kebangkrutan, tidak mempunyai apapun lagi selain tanah
warisan orangtua yang dengan terpaksa aku jual untuk memulai usaha baru.
Aku memulai sebuah usaha bibit tanaman, pelan-pelan tapi pasti,
berbekal ilmu dan pengalaman yang begitu besar, aku menyadari bahwa disinilah
rezekiku. Usaha kecil-kecilan yang kubangun bertahun-tahun, berkali-kali
mengalami jatuh bangun akhirnya aku berhasil membesarkan usahaku menjadi sebuah
CV yang diakui dan dikenal banyak tempat dan pihak diaerah bahkan luar daerah sekalipun.
Semua ini tidak lepas dari kerja keras dan doa orang-orang yang
tulus. Tuhan tidak akan membiarkan dan merubah suatu kaum, jika kaum itu
sendiri tidak berusaha merubahnya. Jatuh bangun dalam suatu usaha adalah hal
yang wajar, pandai-pandailah dalam menyisihkan uang, karena ada masanya dalam
usaha ada masa sepi dan jika saat itu tiba maka uang hasil penyisihan itu yang
membantu kita semua untuk tetap berahan hidup.
Aku mencintai keluargaku, dan akan kulakukan apapun untuk
membahagiakan mereka.
“Untukmu nak,
kalian semua adalah anak laki-laki kebanggaan ayah, maafkan ayah jika masih
belum bisa seperti apa yang kalian harap, namun ayah harap kalian selalu mendoakan
agar ayah tetap sehat dan senantiasa membahagiakan kalian, jangan jadi orang
yang malas nak. Hidup ini keras, perlu perjuangan yang tidak mudah untuk dapat
bertahan hidup ditengah dunia yang semakin menua ini. Terimakasih sudah menjadi
anak laki-laki ayah yang ayah banggakan.. ayah sayang kalian semua, sekarang
kalian sudah dewasa, dan kita jarang sekali untuk bercanda seperti saat kalian
kecil, kesibukan diantara kita menciptakan jarak namun doa-doa terbaik kita
akan selalu menjadikan kita selalu dekat satu sama lain”.
Obsession
Reviewed by Silva_
on
10:30:00 am
Rating:
No comments:
Post a Comment