Terjebak Kepastian [3]


Ini adalah ceritaku yang kesekian kali tentangnya. Tentang seorang lelaki yang hingga kini menjadi misteri mengenai apa tugas dan peran sebenarnya dalam kehidupanku? Bagi pembaca yang sering mengikuti tulisanku ini pasti akan mengenal siapa sosok yang sering di bicarakan diantara sekian tulisan yang ada. Mari kita panggil dia “Mbut”.

Tentu saja itu bukan nama sebenarnya. Ada banyak nama yang kugunakan untuk medeskripsikan sosoknya. Tapi kali ini mari kita kupas dengan nama itu saja.

Entah kenapa beberapa hari ini diotakku begitu menginginkan untuk menulis tentangnya.

Jadi, daripada tidak ada sama sekali mari kita lihat apa yang sesungguhnya ingin disampaikan jari jemari ini.

 ***

Lelaki pemilik nama dengan arti yang indah pemberian orangtuanya yang lagi-lagi selalu kurusak dengan memberikan nama-nama baru untuknya, ya meskipun dia tidak banyak protes juga tapi sepertinya dia kurang menyukai ini, but never mind i don’t care.

Cukup lama aku mengenalnya, kurasa. Meskipun ada banyak hal yang dengan sendirinya terlupakan begitu saja.

Perawakannya yang tinggi besar, suara yang ngebass dan raut muka yang selalu nampak serius menjadikan siapapun yang melihatnya pertama kali akan segan bahkan untuk sekedar menyapa, sosok yang terkadang nampak menyeramkan dan membuat canggung suasana, namun jika sudah mengenalnya lama itu tidak terlalu buruk juga. Hatinya baik, itu yang penting.

Aku bingung harus menceritakannya mulai dari mana, bagaimana jika kita berjalan mundur saja? Sepakat..

Kita mulai dari beberapa hari yang lalu, 8 April 2018. Dia datang meski tanpa diundang. Yang entah kenapa tiap kehadirannya selalu ada rasa takut dan malas bahkan untuk sekedar mendengar suaranya saja. Jika tidak dipaksakan dan diperbaiki maka seharian aku tidak akan menemuinya. Namun, dia sosok yang cukup sabar juga mungkin karena memang sudah tau bagaimana perangaiku padanya, hanya memerlukan waktu sekitar 3 jam saja maka aku sudah bisa bicara dan melihat wajahnya. Bercanda dan berbagi kisah yang dilalui.

Dulu aku tak begitu, lagi-lagi menurut perasaanku.

Seingatku, kehadirannya dipicu karena keadaanku yang terdesak. Dia datang dan ada untuk melindungi nama baikku, ceritanya. Hanya saja sebelum itu dia pernah datang malam-malam kerumah yang kebetulan saat itu sedang kumpul bersama semua rekanku dan dia menginap bersama mereka tergeletak disetiap sudut ruangan persis seperti pakaian yang diacak-acak maling disinetron. Aku tidak begitu mengenalnya bahkan tidak begitu mengharapkan kehadirannya. Namun tetap saja dia seniorku dan tetap harus ku hormati. Benar.

Selang beberapa lama aku menjadi sering melihat keberadaannya. Baik secara sengaja dalam rapat atau sekedar bertegur sapa saja. Namun, dalam keadaan yang sulit dijelaskan kembali dia menjadi berubah. Awalnya aku tidak menanggapi kehadirannya, membiarkan dia mengikuti kemanapun aku pergi, dan itu berlangsung selama 8 bulan lamanya yang hampir setiap hari selama 16 jam kami bertemu. Bosan? Sangat.

Lama kelamaan ada perasaan risi karena sikapnya dan karena keberadaannya. Tidak bisa bebas bergerak kemanapun dan dengan siapapun, ya karena memang dia selalu memasang muka suram pada orang baru yang bersamaku dan koar-koar kabar yang diluaran sana menjelaskan bahwa dia kekasihku. 

Sebagaimanapun aku menjelaskan tidak akan berpengaruh apapun jika dia masih mengikuti kemanapun aku pergi.

Dia sosok yang baik, sangat baik malah. Namun, bukan manusia jika serba sempurna. Lucu kurasa, diluaran sana tersiar kabar kami sepasang kekasih, sedangkan didalamnya setiap hari kami berbagi cerita mengenai sosok yang kami kagumi saat itu. Kami sama-sama patah hati oleh dua orang yang berasal dari perumahan yang sama.

Untukku pribadi, aku tidak begitu menggubris apa kata orang diluaran sana tentang kami. Aku tidak peduli dan hanya mementingkan diriku sendiri. Tetap saja ada yang berbeda. Tidak ada yang mau bersamaku. Teman lelaki sekelasku bahkan mengadu jika dia mendapat ancaman darinya hanya karena dekat denganku. Dan masih ada hal lain yang menjadikan aku enggan bersamanya.

Segala hal jelek itu sirna kembali karena sikap baiknya, rasanya tidak mungkin dia seperti itu. Tapi tetap saja omongan jelek tentangnya semakin banyak berdatangan.

Aku menantang diriku sendiri, mencoba membuka hati dan menyayanginya lebih dari seorang teman. Tapi tidak bisa. Buktinya, aku selalu jatuh cinta pada lelaki lain.

Segala mimpi segala harapan hanya sekedar omong kosong. Tidak ada yang terbukti. Begitu sulit untuk sekedar menautkan hati padanya. Aku tidak ingin kehilangannya namun aku tidak mau untuk bersamanya. Usahanya pun cukup diacungi jempol, dia tidak gentar dan tetap ada sekalipun aku bersama yang lain sehingga sampailah saat dimana semuanya berubah.

Tak lagi sama, dan tak dapat dirubah.

Aku kembali mencintai seseorang yang bersamaku dalam kurun waktu satu bulan. Dia begitu marah dan mengarang cerita yang sampai deetik ini aku belum tau pasti bagaimana kebenarannya. Meskipun sebagian sudah terpecahkan karena ulahnya sendiri. Hampir saja karena ulahnya persahabatanku dengannya dan dengan yang lain hancur.

Depresi, frustasi, stress dan segala hal buruk menimpa.

Bagaimana tidak? Dia orang yang paling dekat denganku dan bahkan tau bagaimana baik burukku tega menyiarkan kabar bahwa aku sedang mengandung anak hasil dari hubunganku bersama lelaki yang bersamaku satu bulan terakhir. Mengatakan bahwa kami telah melakukan hubungan badan, tidur bersama dan segala hal keji yang tak pantas diungkapkan hanya karena bobot tubuhku yang bertambah dan menjadi lebih berisi dari sebelumnya.

Bagaimana dia bisa melakukan semua itu? Bukan hanya dia bahkan setiap jalan yang kulewati selalu saja ada orang yang berteriak bahwa aku tengah mengandung, dan itu bukan disuasana sepi orang namun ditengah banyak orang yang sedang berkumpul.

Baimana dia tega? Aku melewati hari-hari berat, omongan, pandangan jijik, dan desas desus yang tak berujung. Setiap hari dan berlangsung selama beberapa bulan.

Aku tidak menyangka hanya karena tidak menerimanya dan hanya karena menolaknya ada banyak cemoohan yang beredar dimana-mana.
Meskipun tetap memasang wajah angkuh, meskipun tampak tidak peduli tapi air mata dan doa tak henti dipanjatkan. Rusak hatiku, rusak pikiranku, sampai dipuncaknya stress menggerogoti aku hampir gila. Karenanya. Karena ulahnya.

Beruntung, tuhan baik. mengirimkan orang-orang baru yang begitu peduli dan perlahan menyembuhkan.

Dia pun kembali hadir, kami anggap semuasselesai setelah beradu argumen yang cukup menguras waktu.

Sikapnya tidak banyak berubah, dia tetap keras kepala tidak membiarkanku bersama yang lain.

Aku selalu takut pada sikapnya yang berlebihan, over protektif, aku selalu saja jadi bulan-bulanan kawan bahkan keluargaku hanya karena ulah dia yang kelewatan baiknya.

Sempat satu waktu semua orang memarahi bahkan mencaci hanya karena dia melaporkan bahwa aku pulang bersama seseorang yang membahayakan. Mungkin tepatnya orang itu membahayakan posisi dia kedepannya.

Namun dibalik sikap yang kusebutkan tadi, Dia tetap orang baik, sangat baik dan terlalu baik bahkan. Kebaikannya yang terlalu banyak yang tak bisa disebutkan satu persatu.

Laki-laki yang siaga. Hanya saja lagi-lagi bukan manusia jika terlalu sempurna.

Kemarin da kembali menyampaikan niatnya untuk meminangku. Lagi-lagi aku dibuat pusing hanya untuk sekedar menjawabnya, berkali-kali mencoba untuk membuka hati dan menerimanya kembali namun selalu saja tidak terjadi. Entah karena ini hanya sekedar niat atau apa aku tidak tau.

Aku selalu meminta pada yang maha kuasa untuk diberikan yang terbaik untukku dan keluargaku, bahkan jika orangnya sudah ada berikan rihonya melalui kedua orangtuaku dan kedua orangtuanya, keluargaku dan keluarganya, sahabatku dan sahabatnya.

Aku selalu meminta itu.

Yang dihadirkan bukan hanya dia? Apakah aku harus memilih yang terbaik dari orang-orang baik? lantas kenapa hatiku masih tidak tergerak? Dan malah enggan untuk menerima siapapun.

Terlalu besar rasa takut yang ada. Terlalu dalam trauma yang hadir.

Tuhan, jika masih saja belum waktunya tolong segera pertemukan aku dengan dia sosok yang sebenar-benarnya harus bersamaku, aku siap menerima siapapun dia. Dan berikan ridhomu melalui orang-orang terkasih kami berdua.

Jika dia bukan untukku, berikan bahagia padanya. Kirimkan seseorang yang melengkapi kehidupannya.

Ampuni aku yang kerap kali menyakiti hatinya.

Kini dia perlahan menjauh dan akhirnya memilih pergi. Tak mengapa selama itu membuatnya bahagia silahkan saja. Aku takkan menahan apapun darinya. Dia berhak bahagia meski bukan denganku.

Aku memang memikirkan bagaimana dengan masa depanku dengan siapa dimana bagaimana namun aku tau akan kondisiku sendiri yang belum siap dengan semua ini.

Mbut, sosok lelaki yang baik hati.
CiptaanMu yang sempurna.
Terimakasih telah mengenalkan dia untukku dan membiarkan dia menjagaku dalam beberapa tahun ini.
Terimakasih telah mengijinkan ku mengenal pribadinya, mengenal keluarganya.

Biarkan dia bahagia..
Biarkan. Meski bukan denganku. 
Untukmu, jika membaca ini terimakasih telah bersabar selama ini, telah memberikan yang terbaik sebisamu, jalan Tuhan tidak akan ada yang tau, maaf terlalu banyak menyakiti. Dengan semua yang terjadi tetap percaya bahwa janji Tuhan tidak akan ingkar pada hambanya yang berusaha dan berada dijalanNya. Semoga kamu salah satu hamba yang beruntung itu. Segala kebaikanmu dibalasNya dengan berlipat ganda.

Maaf mbut ..  
***

Segala hal buruk tidak akan terjadi jika saja untuk lebih tidak peduli dengan apa yang orang-orang katakan.

Karena lidah memang tidak bertulang, sehingga bukan hal mustahil hanya karena keadaan yang terdesak dan tersakiti dalam waktu yang tidak sebentar bisa merusak bahkan merubah keadaan seseorang, antara lebih baik dan lebih buruk itu hanya dibatasi oleh selembar rambut manusia.

So, berhati-hatilah dalam berbicara bahkan menyampaikan berita. Kamu tidak akan tau akibat dari apa yang kamu sebarkan. Bisa jadi kamu hanya bertanya dan meminta saran namun bagi mereka yang membencimu itu menjadi bumbu terbaik untuk menghancurkan pribadimu. Memang tidak menyebabkan memar atau cacat di tubuhnya, namun itu menyebabkan cacat mental yang berlangsung lama.

Semoga tidak ada kejadian buruk yang menimpa kawan-kawan semua, dan semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung, mampu menjaga lisan dan jari.

Jangan lagi ada pembullian, jangan lagi ada sikap pengecut.

Jangan berbahagia diatas penderitaan orang lain. Hidup ini berputar kawan, kita tidak akan tau akan perubahan apa yang terjadi dalam sewaktu-waktu bahkan dalam satu detik kedepan. 

Renungkanlah.


Terjebak Kepastian [3] Terjebak Kepastian [3] Reviewed by Silva_ on 10:33:00 am Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.