Ini adalah ceritaku yang kesekian kali tentangnya.
Tentang seorang lelaki yang hingga kini menjadi misteri mengenai apa tugas dan
peran sebenarnya dalam kehidupanku? Bagi pembaca yang sering mengikuti
tulisanku ini pasti akan mengenal siapa sosok yang sering di bicarakan diantara
sekian tulisan yang ada. Mari kita panggil dia “Mbut”.
Tentu saja itu bukan nama sebenarnya. Ada banyak nama
yang kugunakan untuk medeskripsikan sosoknya. Tapi kali ini mari kita kupas
dengan nama itu saja.
Entah kenapa beberapa hari ini diotakku begitu
menginginkan untuk menulis tentangnya.
Jadi, daripada tidak ada sama sekali mari kita lihat
apa yang sesungguhnya ingin disampaikan jari jemari ini.
***
Lelaki pemilik nama dengan arti yang indah pemberian
orangtuanya yang lagi-lagi selalu kurusak dengan memberikan nama-nama baru
untuknya, ya meskipun dia tidak banyak protes juga tapi sepertinya dia kurang
menyukai ini, but never mind i don’t care.
Cukup lama aku mengenalnya, kurasa. Meskipun ada banyak
hal yang dengan sendirinya terlupakan begitu saja.
Perawakannya yang tinggi besar, suara yang ngebass dan
raut muka yang selalu nampak serius menjadikan siapapun yang melihatnya pertama
kali akan segan bahkan untuk sekedar menyapa, sosok yang terkadang nampak
menyeramkan dan membuat canggung suasana, namun jika sudah mengenalnya lama itu
tidak terlalu buruk juga. Hatinya baik, itu yang penting.
Aku bingung harus menceritakannya mulai dari mana,
bagaimana jika kita berjalan mundur saja? Sepakat..
Kita mulai dari beberapa hari yang lalu, 8 April 2018.
Dia datang meski tanpa diundang. Yang entah kenapa tiap kehadirannya selalu ada
rasa takut dan malas bahkan untuk sekedar mendengar suaranya saja. Jika tidak
dipaksakan dan diperbaiki maka seharian aku tidak akan menemuinya. Namun, dia
sosok yang cukup sabar juga mungkin karena memang sudah tau bagaimana
perangaiku padanya, hanya memerlukan waktu sekitar 3 jam saja maka aku sudah
bisa bicara dan melihat wajahnya. Bercanda dan berbagi kisah yang dilalui.
Dulu aku tak begitu, lagi-lagi menurut perasaanku.
Seingatku, kehadirannya dipicu karena keadaanku yang
terdesak. Dia datang dan ada untuk melindungi nama baikku, ceritanya. Hanya
saja sebelum itu dia pernah datang malam-malam kerumah yang kebetulan saat itu
sedang kumpul bersama semua rekanku dan dia menginap bersama mereka tergeletak
disetiap sudut ruangan persis seperti pakaian yang diacak-acak maling
disinetron. Aku tidak begitu mengenalnya bahkan tidak begitu mengharapkan
kehadirannya. Namun tetap saja dia seniorku dan tetap harus ku hormati. Benar.
Selang beberapa lama aku menjadi sering melihat
keberadaannya. Baik secara sengaja dalam rapat atau sekedar bertegur sapa saja.
Namun, dalam keadaan yang sulit dijelaskan kembali dia menjadi berubah. Awalnya
aku tidak menanggapi kehadirannya, membiarkan dia mengikuti kemanapun aku
pergi, dan itu berlangsung selama 8 bulan lamanya yang hampir setiap hari
selama 16 jam kami bertemu. Bosan? Sangat.
Lama kelamaan ada perasaan risi karena sikapnya dan
karena keberadaannya. Tidak bisa bebas bergerak kemanapun dan dengan siapapun,
ya karena memang dia selalu memasang muka suram pada orang baru yang bersamaku
dan koar-koar kabar yang diluaran sana menjelaskan bahwa dia kekasihku.
Sebagaimanapun aku menjelaskan tidak akan berpengaruh
apapun jika dia masih mengikuti kemanapun aku pergi.
Dia sosok yang baik, sangat baik malah. Namun, bukan
manusia jika serba sempurna. Lucu kurasa, diluaran sana tersiar kabar kami
sepasang kekasih, sedangkan didalamnya setiap hari kami berbagi cerita mengenai
sosok yang kami kagumi saat itu. Kami sama-sama patah hati oleh dua orang yang
berasal dari perumahan yang sama.
Untukku pribadi, aku tidak begitu menggubris apa kata
orang diluaran sana tentang kami. Aku tidak peduli dan hanya mementingkan
diriku sendiri. Tetap saja ada yang berbeda. Tidak ada yang mau bersamaku.
Teman lelaki sekelasku bahkan mengadu jika dia mendapat ancaman darinya hanya
karena dekat denganku. Dan masih ada hal lain yang menjadikan aku enggan
bersamanya.
Segala hal jelek itu sirna kembali karena sikap
baiknya, rasanya tidak mungkin dia seperti itu. Tapi tetap saja omongan jelek
tentangnya semakin banyak berdatangan.
Aku menantang diriku sendiri, mencoba membuka hati dan
menyayanginya lebih dari seorang teman. Tapi tidak bisa. Buktinya, aku selalu
jatuh cinta pada lelaki lain.
Segala mimpi segala harapan hanya sekedar omong
kosong. Tidak ada yang terbukti. Begitu sulit untuk sekedar menautkan hati
padanya. Aku tidak ingin kehilangannya namun aku tidak mau untuk bersamanya.
Usahanya pun cukup diacungi jempol, dia tidak gentar dan tetap ada sekalipun
aku bersama yang lain sehingga sampailah saat dimana semuanya berubah.
Tak lagi sama, dan tak dapat dirubah.
Aku kembali mencintai seseorang yang bersamaku dalam
kurun waktu satu bulan. Dia begitu marah dan mengarang cerita yang sampai
deetik ini aku belum tau pasti bagaimana kebenarannya. Meskipun sebagian sudah
terpecahkan karena ulahnya sendiri. Hampir saja karena ulahnya persahabatanku
dengannya dan dengan yang lain hancur.
Depresi, frustasi, stress dan segala hal buruk
menimpa.
Bagaimana tidak? Dia orang yang paling dekat denganku
dan bahkan tau bagaimana baik burukku tega menyiarkan kabar bahwa aku sedang
mengandung anak hasil dari hubunganku bersama lelaki yang bersamaku satu bulan
terakhir. Mengatakan bahwa kami telah melakukan hubungan badan, tidur bersama
dan segala hal keji yang tak pantas diungkapkan hanya karena bobot tubuhku yang
bertambah dan menjadi lebih berisi dari sebelumnya.
Bagaimana dia bisa melakukan semua itu? Bukan hanya
dia bahkan setiap jalan yang kulewati selalu saja ada orang yang berteriak
bahwa aku tengah mengandung, dan itu bukan disuasana sepi orang namun ditengah
banyak orang yang sedang berkumpul.
Baimana dia tega? Aku melewati hari-hari berat,
omongan, pandangan jijik, dan desas desus yang tak berujung. Setiap hari dan
berlangsung selama beberapa bulan.
Aku tidak menyangka hanya karena tidak menerimanya dan
hanya karena menolaknya ada banyak cemoohan yang beredar dimana-mana.
Meskipun tetap memasang wajah angkuh, meskipun tampak
tidak peduli tapi air mata dan doa tak henti dipanjatkan. Rusak hatiku, rusak
pikiranku, sampai dipuncaknya stress menggerogoti aku hampir gila. Karenanya.
Karena ulahnya.
Beruntung, tuhan baik. mengirimkan orang-orang baru
yang begitu peduli dan perlahan menyembuhkan.
Dia pun kembali hadir, kami anggap semuasselesai
setelah beradu argumen yang cukup menguras waktu.
Sikapnya tidak banyak berubah, dia tetap keras kepala
tidak membiarkanku bersama yang lain.
Aku selalu takut pada sikapnya yang berlebihan, over
protektif, aku selalu saja jadi bulan-bulanan kawan bahkan keluargaku hanya
karena ulah dia yang kelewatan baiknya.
Sempat satu waktu semua orang memarahi bahkan mencaci
hanya karena dia melaporkan bahwa aku pulang bersama seseorang yang
membahayakan. Mungkin tepatnya orang itu membahayakan posisi dia kedepannya.
Namun dibalik sikap yang kusebutkan tadi, Dia tetap
orang baik, sangat baik dan terlalu baik bahkan. Kebaikannya yang terlalu
banyak yang tak bisa disebutkan satu persatu.
Laki-laki yang siaga. Hanya saja lagi-lagi bukan
manusia jika terlalu sempurna.
Kemarin da kembali menyampaikan niatnya untuk meminangku.
Lagi-lagi aku dibuat pusing hanya untuk sekedar menjawabnya, berkali-kali
mencoba untuk membuka hati dan menerimanya kembali namun selalu saja tidak
terjadi. Entah karena ini hanya sekedar niat atau apa aku tidak tau.
Aku selalu meminta pada yang maha kuasa untuk
diberikan yang terbaik untukku dan keluargaku, bahkan jika orangnya sudah ada
berikan rihonya melalui kedua orangtuaku dan kedua orangtuanya, keluargaku dan
keluarganya, sahabatku dan sahabatnya.
Aku selalu meminta itu.
Yang dihadirkan bukan hanya dia? Apakah aku harus
memilih yang terbaik dari orang-orang baik? lantas kenapa hatiku masih tidak
tergerak? Dan malah enggan untuk menerima siapapun.
Terlalu besar rasa takut yang ada. Terlalu dalam
trauma yang hadir.
Tuhan, jika masih saja belum waktunya tolong segera
pertemukan aku dengan dia sosok yang sebenar-benarnya harus bersamaku, aku siap
menerima siapapun dia. Dan berikan ridhomu melalui orang-orang terkasih kami
berdua.
Jika dia bukan untukku, berikan bahagia padanya. Kirimkan
seseorang yang melengkapi kehidupannya.
Ampuni aku yang kerap kali menyakiti hatinya.
Kini dia perlahan menjauh dan akhirnya memilih pergi.
Tak mengapa selama itu membuatnya bahagia silahkan saja. Aku takkan menahan
apapun darinya. Dia berhak bahagia meski bukan denganku.
Aku memang memikirkan bagaimana dengan masa depanku
dengan siapa dimana bagaimana namun aku tau akan kondisiku sendiri yang belum
siap dengan semua ini.
Mbut, sosok lelaki yang baik hati.
CiptaanMu yang sempurna.
Terimakasih telah mengenalkan dia untukku dan
membiarkan dia menjagaku dalam beberapa tahun ini.
Terimakasih telah mengijinkan ku mengenal pribadinya,
mengenal keluarganya.
Biarkan dia bahagia..
Biarkan. Meski bukan denganku.
Untukmu, jika membaca ini terimakasih telah bersabar selama ini, telah memberikan yang terbaik sebisamu, jalan Tuhan tidak akan ada yang tau, maaf terlalu banyak menyakiti. Dengan semua yang terjadi tetap percaya bahwa janji Tuhan tidak akan ingkar pada hambanya yang berusaha dan berada dijalanNya. Semoga kamu salah satu hamba yang beruntung itu. Segala kebaikanmu dibalasNya dengan berlipat ganda.
***
Segala
hal buruk tidak akan terjadi jika saja untuk lebih tidak peduli dengan apa yang
orang-orang katakan.
Karena
lidah memang tidak bertulang, sehingga bukan hal mustahil hanya karena keadaan
yang terdesak dan tersakiti dalam waktu yang tidak sebentar bisa merusak bahkan
merubah keadaan seseorang, antara lebih baik dan lebih buruk itu hanya dibatasi
oleh selembar rambut manusia.
So,
berhati-hatilah dalam berbicara bahkan menyampaikan berita. Kamu tidak akan tau
akibat dari apa yang kamu sebarkan. Bisa jadi kamu hanya bertanya dan meminta
saran namun bagi mereka yang membencimu itu menjadi bumbu terbaik untuk
menghancurkan pribadimu. Memang tidak menyebabkan memar atau cacat di tubuhnya,
namun itu menyebabkan cacat mental yang berlangsung lama.
Semoga
tidak ada kejadian buruk yang menimpa kawan-kawan semua, dan semoga kita
termasuk orang-orang yang beruntung, mampu menjaga lisan dan jari.
Jangan
lagi ada pembullian, jangan lagi ada sikap pengecut.
Jangan
berbahagia diatas penderitaan orang lain. Hidup ini berputar kawan, kita tidak
akan tau akan perubahan apa yang terjadi dalam sewaktu-waktu bahkan dalam satu
detik kedepan.
Renungkanlah.
Terjebak Kepastian [3]
Reviewed by Silva_
on
10:33:00 am
Rating:
No comments:
Post a Comment