Satu


Dia : “Masih panjangkah liburannya?”

Aku : “Tentu saja, hahaa”

Dia : “Minggu terakhir ada jadwal gak?”

Aku : “Enggak kayanya”.

Dia : “Ada tempat ngopi baru yang asik disekitar pegunungan, kesana yuk. Kita kan udah lama chatingan nih, tapi masih belum ketemu juga sama kamu.”

Aku : “Hmmm, enggak ah ntar diculik gak dipulangin lagi kan bahaya”

Dia : “Ya enggak bakalan lah. Hari minggu jam setengah satu aku jemput kamu ya!”

Aku : “Eeeeh!”

Satu minggu berlalu sejak percakapan singkatku dengannya, aku bahkan lupa dengan adanya pertemuan hari ini. Dia benar-benar datang pada jam setengah satu, dengan mengendarai vespa kesayangannya.

“Hai!” sapanya ramah. “Udah siap kan? Yuk ngopi” kini senyumnya melebar dari sebelumnya.

Aku yang masih kaget dengan kehadiharannya tertawa begitu saja, entah apa yang kutertawakan saat ini.

“Mau kemana?” tanyaku penuh selidik.
“Ketempat ngopi baru. Mau lewat jalan mana? Perkampungan apa perkotaan?” tanyanya.
“Terserah!” aku menjawab sekenanya dan menaiki motor tersebut.
Motorpun segera melaju dengan suara khasnya. Aku kembali tertawa, ada banyak hal yang harus ditertawakan meskipun itu bukanlah hal lucu. Aku mentertawakan diriku, mentertawakan keputusanku yang dengan nekadnya ikut naik dan menikmati perjalanan siang itu.


Ceritakita - Udara yang sejuk dan hamparan tanaman disepanjang jalan begitu memanjakan mata. Tak ada polusi jahat disini. Jalan yang meliuk-liuk khas pegunungan, bau pupuk yang cukup menyengat ditambah jalanan yang mulus dan lancar, maka nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan?

Sepanjang perjalanan kami bercengkrama ringan, basa basi busuk karena emang aku enggak bisa dengar jelas apa yang diobrolkannya. Maafkan.

Dipersimpangan itu, jalan yang dilalui mengembalikan memori yang hilang beberapa saat. Suasana yang sama dengan yang kulalui saat itu bersamanya, bersama dia yang kini telah pergi jauh tinggalkan luka yang tak kunjung sembuh. Berasa dihipnotis oleh keadaan, ya aku kembali kalah dengan perasaanku. Perasaan yang kukira takkan kembali, tanpa komando apapun, dia muncul. Tetes demi tetes mulai bermunculan. Gila! Ini gila! Bagaimana bisa ada air mata yang keluar hanya karena melihat tempat ini kembali? Kenangan memang berat, aku harus bisa menepisnya. Ku ambil kacamataku untuk menutupi mata yang mulai tak terkontrol.

“Kamu kenapa?” tanyanya yang sejak tadi memperhatikan lewat spion.
“Kelilipan” jawabku datar.

“coba lihat sekitar deh, bukankah ini tempat jajahan kamu?”
“Maksudnya?”
“Iya, bukankah tempat ini tempat kamu bermain bersama kawan-kawanmu?”
“Oh, hahaaaa iya ini tempatku meski tidak sering, tapi ya cukup banyak kenangan disekitar sini..”
“Hmm, hayoo jangan baper!!” godanya.
Aku tersenyum masam. Dia memang tidak tau apapun tentang apa yang kupikirkan, namun kenyataannya memang tempat ini membawaku pada kenangan bersamanya.

“Tadaaaa.. kita sudah sampai, liat deh tempatnya bagus kan?” dengan penuh antusias dia menjelaskan.

“Iya, bagus bagus..” aku mulai berkeliling, “Udah pernah berapa kali kesini?”
“Belum pernah, hahaa makanya ngajak kamu!” dia tertawa sambil memakirkan motornya.
“Mau diatas atau dibawah?”
“Terserah .”jawabku.
“Yaudah kita diatas saja dulu sambil pesen makanan nanti bisa keliling kebawah” usulnya. Akupun mengangguk tanda setuju.

Setelah mendapat tempat yang dirasa aman nyaman dengan spot yang uwow, pesanan makanan pun sudah dilakukan , maka apalagi selain ngobrol kesana kemari meski aku banyak diam dengan dalih terkesima dengan pemandangan alam yang nampak luar biasa dihadapanku.

Sejujurnya aku tidak bisa berhenti untuk tidak mengingatnya. Kenangan sial. Perasaan yang menyebalkan. Tak terasa waktu sudah semakin sore, dia pun kembali mengantarkanku pulang dengan selamat tanpa cacat sedikitpun.







Satu Satu Reviewed by Silva_ on 1:04:00 pm Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.