Nightmare


"kenapa kamu liatin terus? Mau? Yaudah sini.. "

Dengan tatapan tajam penuh selidik dia menghampiri, meringkuk dengan cantik dan berharap akan diberikan sesuap demi sesuap es yang sedang kunikmati.

"coba kamu tuh ga judes wajahnya kamu tuh lucu tau "ujarku dengan sesekali menggelitik dan mengelus bulu bulu halusnya

Suapan pertama pun mendarat, dia tersenyum..

Suapan kedua kedua kakinya berubah,

Suapan ketiga tangannya berubah

Hingga suapan kelima, sosoknya berubah total. Bukan lagi kucing judes berbulu putih coklat melainkan seorang bayi yang cantik dan lucu dengan tawa yang penuh, sangat cantik.

"siapa kamu sebenarnya? Aku tau kamu bukan sesuatu yang tidak bisa berbicara, bicaralah. Ungkapkan apa maksudnya dan apa maunya.

Sekarang makananku sudah habis dan aku sudah cukup pegal menampungmu yang imut namun berat disini, bangunlah kakiku pegal. Ayo kita bicara "

Hanya senyumannya yang kudapatkan. Dia pun beranjak berdiri dan mengajakku pergi, kuikuti langkah mungil yang menjadi guide ini.

Sebuah rumah yang begitu asri menjadi tujuannya, tetap dengan tersenyum yang kini tidak lagi imut dia hanya memberi petunjk dengan menunjuk setiap tempat yang dia maksudkan.

Dibalik asrinya rumah dan indahnya hamparan rumput serta tumbuhan yang tertata itu, ada sesuatu dibalik benteng yang tercipta dari tanaman rambat.

Tiga buah gua yang sudah berlumut dan lembab, rumput disana pun lebih tinggi dan tak terurus, aku memberanikan diri memasuki tempat itu, tempat yang seperti penjara dimasa lalu, masa masa penjajahan dimana terdapat banyak ruang didalamnya, banyak suara tanpa rupa, dan banyak wujud yang tak sempurna.

Menakutkan? Sangat.

Tangisan dan jeritan pilu disetiap sudut ruangan, hingga tiba tiba sampai disebuah tempat cukup layak menyerupai tempat peribadatan. Ada banyak orang berjejer menggunakan mukena bahkan akupun sudah mengenakannya entah kapan aku mengganti kostumku.


Sekitar 7 orang mengerumuniku, semuanya perempuan. Sekilas wajah mereka mirip denganku namun sekilas kemudian berubah lagi,

"hei, lihatlah aku adalah Kamu. Namun apa yang didalamku bukan Kamu.
Aku adalah sosok perempuan jahil yang selalu membuat takut dan bergidig. Kamupun bisa tau aku dari tawaku atau tangisku yang kerap menipu. Aku yakin kamu tau aku, ikutlah denganku mari kita hancurkan tempat itu. Aku sudah muak dengan lantunan indah namun membuatku tak nyaman.. "

"tidak tidak jangan dengarkan dia, lihat dan dengarkan aku, " perempuan lainnya menyanggah apa yang dikatakannya. Mimik wajahnya tegas dan bijak "aku adalah seekor harimau yang selalu menjagamu. Aku ada disini. Aku tak akan menunjukkan rupaku padamu, namun dengan gerak gerik dan beberapa yang kutunjukkan aku yakin kamu pun mengerti dan mengenal siapa Aku. Aku ingin yang terbaik untukmu, aku ingin bicara banyak kepadamu, namun masih belum saatnya, sekarang keluarlah dari ruangan ini dan tolonglah anak anak yang diluar sana, mereka terjebak ikatan kawat berduri dibalik rumput tinggi itu, bantulah mereka, setidaknya jangan buka ikatan mereka jika merasa tak mampu dan ragu,namun berikan kasih sayang mu dengan menyemangati mereka dan berilah mereka makanan seadanya itu sudah lebih dari cukup. Jangan mengikuti perempuan yang kamu rasa dia temanmu. Kamu cukup menemui anak anak itu dan kembali pada anak kecil yang tadi mengajakmu kemari "

"bolehkah aku bertanya satu hal terlebih dulu, apakah ini bukan mimpi? Apakah semua yang telah pergi perlahan mulai kembali lagi? "

"benar nak, meskipun sosok sosok kami disini menakutkan dan beragam namun kami bersamamu. Kami adalah kamu. Pergilah, pulang tempatmu bukan disini.. Terimakasih sudah mampir nak.. "

Entah apa yang terjadi, yang kuingat aku tengah berlari menemui anak anak kecil yang terkurung kawat berduri, aku memberikan beberapa buah roti untuk mereka nikmati, sayang dari obrolan singkat yang kudapat mereka merupakan tawanan, namun aku tidak tau siapa yang melakukannya yang pasti mereka sosok pribumi sama sepertiku. Belum sempat bertanya lebih jauh derap kaki yang berlari semakin mendekat, nampak dari kejauhan prajurit berbaret merah bersenjata mengejarku, mereka tampak marah melihatku. Wajah mereka penuh dengan coretan coretan berwarna hijau, aku berlari sebisaku, melewati tempat yang semakin kecil, lorong demi lorong, pintu demi pintu aku hanya terus berlari tanpa tau tujuanku.

Aku kini berada disebuah kebun dengan jalan menurun dan menukik tajam. Ada lima orang perempuan dibawah sana, sepertinya aku mengenal mereka.  Namun aku teringat ucapan sebelumnya, aku pun tak menghiraukan kehadiran mereka bertiga aku hanya fokus melihat tempat apa yang sedang ku pijaki ini.

Lalu suasana berubah menjadi kisruh. Perempuan perempuan itu ternyata membakar tempat ini,dan ini merupakan Sebuah pesantren yang berisi banyak santri yang terlelap. Api menyambar dengan cepat dari satu tempat ketempat lain, aku panik dan berlari menggedor tiap kamar membangunkan mereka dengan suara yang semakin hilang, aku berusaha untuk mengucapkan takbir sebanyak mungkin. Dengan segenap tenaga tersisa dan ditakbir yang ketiga suaraku pulih, aku mengucapkan lebih keras "Allahu akbar allahu akbar " aku meneriakan terus sambil berlari dan membangunkan mereka, suaraku berhasil didengar mereka semua terbangun dan segera berusaha menghentikan kobaran api yang tak ada permisi.

Nafasku mulai terengah, aku lelah. Aku ingin tidur. Aku ingin pulang. Namun aku tidak bisa hanya berdiam diri, aku melanjutkan perjalananku.

Aku bertemu adikku dipersimpangan, menangis sendirian dengan darah mengucur dikakinya.

Aku memapahnya pulang, langkahku terhenti jalanan semakin gelap dan ini hutan, aku merogoh sakuku, kutemukan handphone, aku menyalakan senter dan berusaha melihat sebisaku, jalan semakin gelap, penglihatan semakin memudar.. Tuhan, selamatkan Aku

Setelah berjalan cukup jauh, dengan lika liku yanh sulit aku sampai dipersimpangan, kuikuti cahaya yang temaram dan berkabut tebal, menakutkan namun ku yakin disana ada peradaban, benar saja.. Disana ada rumah rumah warga yang damai, aku mengajak adikku beristirahat, mencarikannya air bersih untuk mencuci lukanya dan mencari sesuatu yang bisa untuk menjadi obat untuk lukanya Itu.

Aku lelah..

Semua yang kulakukan setidaknya ada hasil, aku menemukan air bersih namun tak kutemukan apapun lagi.

Kusobek sebagian kain yang kukenakan, kuikat pada kaki nya yang terluka cukup parah

"bertahanlah, kita harus pulang. Jangan menangis, kita kuat!! "

Kami terduduk lesu didepan rumah berpagar kayu, tidak ada satupun yang dapat kutanyai. Aku tidak boleh menyerah disini, tidak. Aku harus pulang.

"nak, tempat kalian bukan disini, pulanglah "

Sebuah suara mengagetkanku. Nampak seorang lelaki berusia sekitar 40 tahun menggunakan kemeja lusuh, dan suram.

"kemarilah, lihat sekitarmu dengan seksama. Ini bukan tempatmu, pulanglah nak, kembali lewati hutan itu jika kamu sudah menemukan sebuah sumur berdirilah dipinggirannya jangan berbuat apapun sampai fajar menampakkan dirinya, kami bukan sepertimu nak, kami bukan manusia lihatlah dengan seksama.. "

Aku melihatnya, aku melihatnya. Disetiap sudut orang orang berdatangan dan mereka tembus pandang, seperti bayangan, aku menghampiri satu diantaranya, menyentuhnya dan tanganku menembus tubuhnya, aku menutup mulutku. Terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.

"pergilah nak, sebelum hilang, sebelum gelap, selamatkan yang mampu kamu selamatkan. Tempatmu bukan disini "


Aku tak dapat berkata apapun lagi, segera ku bopong adik yang jelas lebih besar dariku, dengan tenaga yang tersisa aku memasuki tempat yang tadi kulalui, lebih gelap lebih menakutkan, aku mencari sumur itu, aku mengikuti sarannya sekalipun jijik sekalipun menakutkan aku tetap berdiri disana, aku mencoba tetap tenang dengan segala situasi dan kondisi yang terjadi, fokusku aku hanya ingin pulang. Pulang.

Fajar mulai menyingsing, aku dan adikku terjatuh kedalam sumur, ajaibnya itu bukan sumur air seperti permukaan, itu sebuah lorong yang menyambungkan pada satu tempat.

Tempat yang lebih baik dari tempat manapun yang kulalui sebelumnya.

"kamu masih kuat dek?? "

"masih kak, ayo kita pulang "

Yah aku memang tak sampai pada rumahku namun aku menuju pada tempat lebih baik..

Booooom!!!  suatu ledakan besar mengagetkanku, dan spontan aku terbangun, aku terbangun dari mimli panjangku 

Pagi sudah kembali, ini duniaku. Aku beristighfar dan mencoba mencerna maksud mimpiku.

Aku harap ini hanya mimpi, hanya mimpi.

Waktu terus berputar dan aku kembali dengan segala rutinitas pagi bersama seisi rumah sebelum semuanya pergi dengan aktifitas masing masing.

"mah, kok adek gak bisa jalan ya kaki adek sakit pegel banget dari bangun tidur kenapa ya??

"mungkin adek tidurnya salah dek, jadi sakit "

"enggak ah, adek mimpi buruk tadi malem mah, tapi kok kebawa ke dunia nyata ya? "

Aku hanya diam mendengarkan obrolan keduanya.

Bukan cuma kamu yang merasakan itu dek, aku pun. Aku lebih lelah dan kesakitan bahkan rasanya aku tidak tidur sedetik pun hari ini.







To be continued


Nightmare Nightmare Reviewed by Silva_ on 8:31:00 am Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.