SESAK



1.       
Namaku Ajeng. Diajeng ayu pramesti. Jenis kelaminku perempuan. Dan tadi barusan saja selesai makan nasi goreng.
Aku anak pertama dari dua bersaudara. Saudaraku satu-satunya seorang gadis cantik sekarang yang begitu pendiam dan penuh kejutan.
Aku hidup di sebuah desa yang tidak terlalu terpencil. Posisi rumahu begitu strategis,apalagi kini aka nada rumah sakit besar dibangun dibelakang rumahku. Hahaha keren, depan rumah sekolah, atas sekolah, ke barat sedikit ada pusat perbelanjaan.. hm, rame sekali bukan. Dan aku tidak terlalu menyukai keramaian.
3 bulan yang lalu aku baru saja menikah.
Setelah pergolakan jiwa selama beberapa lama sebelum akhirnya memutuskan untuk berkata “yes, I will.”
Inilah yang ingin ku kisahkan. Agak kurang pntas memang menceritakan hal pribadi kepada public, namun setidaknya mpo neti pasti lebih cerdas dalam menyikapai semua ini.

2.       
Hampir setiap orang memiliki impian dalam pernikahan, meskipun itu merupakan pernikahan yang tidak diinginkan sekalipun. Yah seperti yang pernah kudengar dari seseorang, “terkadang menikah tidak harus selalu dengan seseorang yang kamu mau dan kamu cintai.”
Laki-laki itu Dimasta. Berusia 7 tahun lebih tua dari usiaku. Seorang pria sederhana yang datang begitu saja tanpa diduga. Rumahnya hanya berbeda beberapa blok dari rumahku. Namun seumur hidupku aku belum pernah melihat sosoknya sekaipun, kecuali saat dia sudah mulai hadir mendekati dan tapa membutuhkan waktu yang lama meminangku menjadi istrinya.
Apa aku mencintainya?
“Belum, enggak tau kalo ntar sore.”

3.       
Lima  bulan setelah tanggal dan hari ditentukan, otakku mulai bereaksi. Apa yang harus aku lakukan ?
Antara mempersiapkan dan perencanaan untuk pembatalan. Ya, berkali-kali aku berharap semua ini batal. Aku tidak menginginkannya, tidak mencintainya dan juga tidak begitu mengenalnya.
Namun, saat ego demi ego yang muncul, malaikat baik yang tersembunyi selau datang disaat yang tepat.
“Yu, kan dulu kamu sendiri yang meminta. Meminta dikirimkan seseorang yang berniat serius, langsung dsetujui kedua belah pihak tidak ada masalah dari siapapun, dan semuanya mendukung dengan baik serta dilancarkan. Sekarang orang itu sudah hadir, bahkan yang menerima lamarannya adalah orangtuamu sendiri. Kedua pihak keluarga menyetujui, tinggal kamu. Ayolah, kamu yang mulai kamu yang harus menjalani.”
“ya, tidak ada salahnya mencoba. Dia juga laki-laki yang baik. Dan tidak ada oranglain yang aku pinta untuk datang. Bahkan tidak mungkin aku meminta dia seseorang yang aku harapkan untuk datang melamar, dengan menjadi temannya hingga kini aku masih bersyukur. “

4.      
Pemilihan vendor demmi vendor dimulai. Tidak usah mewah yang penting tersusun rapih dan sacral. Aku mengutamakan menghubungi kawan-kawanku. Bukan untuk berburu diskon bukan, aku hanya ingin lebih mudah dalam berkomunikasi dan berkoordinasi kelak.
            Bak gayung bersambut, mereka yang kupercaya menerima untuk bekerjasama. Tentu saja dengan penulisan kontrak dan pembayaran lunas dimuka.
Selesai sudah untuk beberapa bagian itu.
            Pembuatan undangan, meleset dari waktunya. Satu bulan setengah undangan baru selesai sedangkan beberapa hari lagi undangan sudah harus disebar. Beruntunglah tempat kerjaku sedang berada dalam jatah liburan panjang, jadi tidak mengganggu waktu kerja dan persiapan pernikahan.
            Dua bulan sebelumnya..
Seluruh keluargaku datang , mereka berbondong-bondong membantu tanpa dipinta. Dan ini membuatku bersyukur tiada henti, mendapatkan keluarga yang begitu luar biasa. Meskipun pengeluaran lebih membengkak dari sebelumnya, tapi tak mengapa pasti akan ada gantinya dalam bentuk apapun.
            Setiap hari merek mengunjungi rumahku, bosan dan cukup risi. Karena setiap hari ada saja hal yang harus dibeli dan itu tidak main-main. Pengeluaran terus membengkak. Lama-lama mereka mengintimidasi dan mengambil alih apa yang sudah kami persiapkan dengan matang dengan dalih biarkan keluarga yang mengurus.
            Percikan petaka sudah dimulai namun kami tidak menyadarinya.
Oh iya, kami itu ya aku, adikku, ibu dan bapakku.


5.       
Keadaan rumah cukup tenang saat ini, kukira inilah waktu terbaik untuk kami berdiskusi. Setelah panas terus menerus, mungkin ini godaannya.
Bukan hanya aku yang menyadari pada akhirnya namun semua sadar bahwa mereka tidak dengan tulus membantu namun sedikit menjerumuskan. Namun, sangat tidak pantas kami berpikiran buruk kepada keluarga kami sendiri..
Pikirku, tak mengapa. Aku masih percaya timku takkan mengecewakanku. Tim yang sudah kubayar dengan biaya yang tak main-main pula.
H-7.
Ya ,satu minggu lagi.
Keadaan semakin kacau. Rumah sudah bukan seperti rumah, kmi membereskan siang malam, mereka mengacaukan setiap ada kesempatan. Orang-orang semakin banyak yang datang membantu, baik yang dipinta maupun tidak.
Kami sudah tidak dapat mendapati kenyamanan dirumah kami sendiri, terasa asing dan sangat kumuh.
Lelah mendera setiap saat.
Penguatnya, hanya sang maha kuasa. Kami saling menguatkan dn mengingatkan satu sama lain, jangan sampai diantara kami ada masalah yang serius.
h-2.
besok, hari besarku dimulai. Hari ini prosesi siraman. Aku sudah tidak mampu menahan belenggu yang kutahan sejak kemarin.
Keluargaku, yang sejak 2 bulan membantu dan mengambil alih tiba-tiba pada waktunya semuanya pergi meninggalkan,, mereka sibuk dengan kepentingan mereka sendiri. Dari adzan subuh dikumandangkan mereka sudah hadir, kudapan yang kusiapkan untuk tamu sudah hilang entah kemana. Padahal ini waktunya.
Aku menahan diri, menahan dengan sangat keras. Beruntung kedua sahabatku tetap ada dari pagi hingga pagi lagi. Dan sahabat-sahabatku yang lain tetap memantau dari dekat meskipun tidk sesiaga keduanya.
Riri dan Yuni.
Kuucapkan beribu terimakasih untuk kalian yang telah rela mencari ini dan itu, dan menjadi panitia dadakan.
Dekorasi pelaminan dan photoboth belum selesai, sedangakn waktu terus berjalan, tim dari vendor yang sudah kupercaya mulai mengkhianati. Mereka datang begitu terlambat, sedangkan acara tetap harus berjalan. Aku menagis sejadinya sampai lemas seluruh badan, tamu yag berdatangan tdak memberi ruang untuk kami lengah sedikitpun. Banyak sekali datang dan pergi dari pagi hingga pagi lagi, Alhamdulillah nikmatnya.
Tim siraman yang datang bekerja tidak sesuai prosedur, mereka mneypelakan semua ini. Ada apa? Kenapa?
Tim dokumentasi lebih mengecewakan lagi. Peralatan yang dibawa sangat seadanya. Padahal biaya yang sudah disepakati melewati standar biaya disini.
Aku belum sanggup untuk bertanya dan berpikir lebih, ada banyak tamu yang harus dihadapi. Bahkan seharian ini kami belum makan sesuatu apapun.
Pukul 8 malam, kami baru bias untuk makan. Dan itupun sekedarnya saja.
Pukul 11 malam.
Tim dokumentasi dengan enteng mereka mengakui bahwa mereka bukan datang dari studio yang dijanjikan. Mereka BUKAN TIM DARI STUDIO YANG DIJANJIKAN. HANYA PARA PEGAWAI FREELANCE.
Kukira ini lelucon, dan ternyata bukan. Jika mau kugantipun takkan sempat. Besok hari akad. Pembayaran sudah kubayarkan dimuka. Pantas saja sejak awal mereka tidak menggunakan seragam dan peralatan yang sangat seadanya. Hanya membawa dua kamera untuk foto, tanpa apapun lagi. Tidak ada lampu, tidak ada apapun.   
Mereka kawanku. Bukan kawan yang baru kukenal namun sudah tahunan aku mengenal mereka.
Dan kamu tau? Sudh tiga bulan, hasil kerjanya belum ada yang sampai satupun. Setiap kali ditanyakan jawabnya, “saya sedang sibuk nanti akan saya antarkan.”
Hey, kenapa jadi kaya saya yang punya hutang? Kenapa yang berhutang lebih ejam lebih tega lebih gila.

6.      
Jam 3 pagi. Orang-orang sudah sibuk berdatangan dari sana sini.
Kesalahan kami begitu mempercayai tim dan kurang memperhatikan siapapun.
Tim make up datang pukul 5 pagi. Selesai selesai pukul setengah 10, padahal akad harusnya pukul 8.
Dan make up nya sangat mengecewakan, dari mulai baju, sepatu dan semuanya mengecewakan.
Aku berusaha tersenyum dan ceria di hari yang sehrusnya jadi hari paling membahagiakan. Namun aku tidak bias selamanya menutupi, terkadang tanpa sadar aku meneteskan air mata disela-sela acara.
Tidak ada foto keluarga lengap. Bahkan saat acara mereka tidak tau ada dimana, padahal sudah jelas mereka berseragam agar mudah dibedakan.
Kulihat sahabat-sahabatku menangis. Entah apa yang mereka tangisi. Aku tau mereka sangat lelah sama lelahnya dengan yang kami alami. Maaf kalian berada dalam situasi yang sangat tidak menyenangkan ini.
Waktu terus berjalan, aku harus masih kuat sampai acara selesai.
Ini hari terburuk sepanjang yang aku tau, ini mimpi terburuk.

7.        
Satu minggu berlalu. Aku sudah mulai bias beraktifitas seperti biasa. Lupakan yang terjadi kemarin, namun salah. Tuhan tidak membiarkan kebenaran ditutup terlalu lama.
Barang-barang berharga dirumah satu persatu mulai berpindah tangan, mereka membawanya tanpa meminta. Ada yang pindah dirumah tetangga, dirumah kelarga dan lain lagi.
Hey, belum cukupkah kalian mencuri dari kami???
Barang yang kami kumpulkan dengan begitu susah payah, hahahaha aku tertawa sejadinya. Bahkan pakaianku pun sebagian entah kemana.
Untuk apa??
Ini lelucon kah?
Charger, peralatan dapur, hiasan, make up, pakaian, hilang.
Bahkan ada diantara kalian yang entah siapa hendak mengambil ikan dan lupa dibawa hingga busuk dipojokan dan tertutup plastic. Gila.
Dan hal paling gila adalah ketika aku tau jika acara disabortase. Hingga pantas jika saat waktunya mereka semua hilang tidak ada.
Bagus!!
Aku lemas, kakiku mendadak lumpuh dan aku menjerit tanpa suara.
Ya, aku seperti orang yang kesurupan, menangis sesenggukan namun taka da air mata yang menetes. Nafasku sesak, sangat sesak. Badanku kejang kejang, suaraku hilang timbul. Dan rasanya sangat sakit. Sakit sekali. Tanganku mencengkram keras apapun yang ada. Aku tidak peduli dengan luka dan darah yang saat itu menglir, hatiku terlalu sakit sangat sakit. Orang rumah memelukku, menenangkanku, bahkan suamiku tak melepaskan sedikitpun pelukannya. Semu orang menangis melihat keadaanku.
Aku yang saat itu benar-benar payah.
Berada dititik paling rendah. Siap tidak siap itulah kenyatannya. Satu persatu kebenaran terbuka, entah itu disengaja atau tidak. Semua yang tau pasti menangis menceritakan apa yang mereka tau tentang kebusukan yang direncanakan untuk merusak acara ini.
Aku masih kejang, kesadaranku mulai hilang, nafasku semakin berat. Kukira hari itu hari terakhirku menghirup udara, namun tidak.
Aku masih harus menyaksikan bagaimana mereka dengan tanpa dosa meminta jatah berlipat-lipat dari kami.
Dengan dalih liburan keluarga, membawa semua sanak keluarga dan kalian tau, kami yang harus menanggung semua biaya yang tidak sedikit. Padahal saat itu posisi kami sedang sangat sibuk. Banyak yang harus diselesaikan.
Sejak kejadian demi kejadian itu berlangsung, aku tidak mau menemui siapapun. Perangaiku berubah, menjadi sangat murung dan pendiam. Bahkan ketika salah satu diantar mereka di rwat inap aku benar-benar tidak peduli. Sekaliun kedua orangtuaku memohon untuk aku datang menemui setidaknya satu kali dan sebentar saja, aku tidak melihatnya sedikitpun. Dendam? Tidak! Aku kecewa, sangat kecewa.
Ada sedikit rasa bersalah, namun rasa kecewa lebih besar.
Hingga detik ini aku masih sama, aku tidak bersedia menemui mereka, memulai percakapan pun enggan. Dan hingga detik ini mereka masih meminta ini dan itu.
Aku aamiinkan saja, mungkin dimata mereka aku tergolong oorang yang mampu dan mereka lebih membutuhkan.
Aku hanya berharap, semoga menjadi satu keberkahan. Dan untuk apa-apa yang termakan semoga menyehatkan lahir dan batinnya.
Tak mengapa ini hanyalah kisah perjalanan hidupku.

8.       
Terimakasih kamu, terimakasih mamah, terimakasih ayah, terimakasih adikku sayang, terimakasih sahabat-sahabatku.
Dan untuk kalian yang juga berkhianat disini, terimakasih.





Jawa Barat,
Hari kesembilan dibulan oktober.

SESAK SESAK Reviewed by Silva_ on 8:38:00 am Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.