Aku membuat kesalahan yang resikonya tak terbayangkan sedikitpun. Kukira ucapanku kala itu tidak akan berujung pada perpisahan dan menjadi jurang pemisah setelahnya.
***
Ceritakita - Hai, aku Larasati
Sukma Setiadi. Panggil aku Laras. Aku seorang perempuan yang hampir menginjak
kepala tiga. Senang bekerja keras dan melakukan hal yang sebelumnya belum
pernah kulakukan.
Hai ladies, jika
kamu berada di usiaku apa yang kamu inginkan ?
Karir yang
cemerlang?
Atau pendamping
hidup?
Tentu menjadi suatu
kebahagiaan jika keduanya datang bersamaan.
Dan aku, diusiaku
yang sudah dianggap cukup justru malah kehilangan cintaku. Namun, karirku
semakin cemerlang.
Ya ! Aku melakukan
kesalahan terbesar dari ucapku sendiri, mengakibatkan aku harus kehilangan
permata yang berharga.
Aku sudah sangat
mengenalnya, mengetahui bagaimana baik buruknya. Hubungan yang kujaga dengan
sangat hati-hati selama bertahun-tahun, menunggu, berdoa dan meminta hingga
akhirnya apa yang kuimpikan apa yang kurencanakan kandas sudah.
Cintaku berpaling,
cintaku terluka, cintaku kecewa karena ucapku.
Apakah salah jika
aku meminta untuk segera menjadi sepasang kekasih yang halal?
Atau aku memang
terburu-buru dan tidak memberinya kesempatan untuk mewujudkan mimpinya?
Atau apakah salah
jika aku memintanya menikahiku dan kita mulai dari nol bersama?
Apakah terlalu
mudah?
Aku dalam lubuk
hati yang sebenarnya siap menunggu sampai kapanpun dia siap, karena keyakinan dan
tekad ku. Aku tau dia pendamping hidup terbaik yang dikirimkanNya untukku. Dia
sosok hebat dan sosok yang kubutuhkan.
Namun, emosiku
terlalu meluap saat itu, aku tidak tau akan seperti ini. Aku tidak tau akan
kehilangannya. Meski masih ada harapan yang meskipun tak terlihat.
Aku masih
menunggumu sampai kamu mewujudkan semua mimpi dan asamu.
Kadang hanya untuk
menarik perhatianmu aku melakukan hal-hal bodoh yang bukan tidak mungkin pada
kenyataannya itu menjatuhkan diriku sendiri, dengan berkoar dan terus
menyampaikan apa yang aku rasakan hanya untuk menunjukkan bahwa aku masih
orang yang sama.
Tidak jarang karena
ulahku aku mendapat cemoohan karena terlalu mengejar cinta, dan begitupun
dengan kamu mendapat imbas yang kurang mengenakan. Aku tau itu, aku sadari
semuanya.
Tidak mudah
merelakan seseorang yang menghabiskan waktu bertahun-tahun lamanya. Aku tau
dengan takdir seperti apa aku tau dengan kenyataan dan teori yang ada tapi aku
tidak bisa memungkiri bahwa bukan ini yang aku iinginkan bukan.
Apa tidak ada
kesempatan?
Aku rindu, namun
salahku lagi ekspresi yang kuberikan malah jadi percikan api untukmu.
Tak ada niatku
untuk akhirnya seperti ini.
Bukankah kamu sudah
tau aku?
Bukankah kamu sudah
mengenalku?
Jika iya,
seharusnya kamu tau apa yang harus kamu lakukan, dengan hanya diam dan menutup
semuanya itu tidak menyelesaikan apapun.
Kembalilah.
Aku masih disini.
Aku masih Larasati.
__________________________________________________________________*
Laras
Reviewed by Silva_
on
7:12:00 pm
Rating:
No comments:
Post a Comment