Ceritakita – Hallo, sore ini
cuaca sangat bersahabat. Angin yang memluk lembut dan senja yang perlahan mulai
menampakkan keanggunannya.
Nampaknya bukan hanya sore dan
senja yang sedang baik kali ini, ingatanku pun tak kalah membaiknya.
Masa kecil yang tiba-tiba terbayang,
tawa khas dari orang-orang yang dekat dan sekarang semakin jauh bahkan
terlupakan.
Berlarian kesana kemari, saling
mengejar, kemudian terduduk dan tertawa begitu saja.
Bolak-balik naik perahu rakit pa
tua yang aku tidak ingat siapa namanya. Tidak peduli membawa uang atau tidak
yang penting kami dapat berjalan-jalan mengitari sungai dengan itu. Tak ayal
dengan berpura-pura membantu warga yang akan menyebrang hanya agar dapat
jalan-jalan secara gratis.
Puas mengitari sungai, kami pun
beralih pada jembatan. Naik diatas seutas tali yang jadi penyangga, duduk-duduk
dan kadang berteriak menggoda pa tua yang tak henti memasang wajah garang
dengan kumis yang sudah tak hitam lagi.
Bosan dengan pemandangan dan
matahari yang semakin meninggi, hutan jadi sahabat terbaik.
Banyak buah-buahan gratis yang
bisa kami makan sambil bersantai diatas dahan-dahan kokoh. Tanpa perlu
mengkhawatirkan apapun.
Berlarian kesana kemari, tertawa,
berbagi cerita, olokan bahkan tak jarang saling adu jotos pun terjadi.
Ah ..
Bau matahari menjadi khas yang
kemudian ditambah bau amis dari air sungai, rambut berantakan, wajah kumal tak
jarang juga disisipkan memar dan luka kecil disana-sini. Kenapa lagi? Sudah
pasti karena jatuh dari pohon, jatuh saat berlari, ataupun secara disengaja
tertubruk yang lain.
Masa kecil.
Aku tidak begitu ingat saat itu
usiaku berapa tahun, namun yang pasti itu adalah masa dimana aku membuat ibuku
menangis hampir setiap hari karena ulahku yang luar biasa ini. Lalu balasan
untukku? Pukulan, tamparan keras ditambah caci maki dari sana sini..
Namun, aku tidak peduli.
Bagaimana kabar mereka ya?
Apakah aku pantas disebut
temannya sementara sekarang aku hanya mengingat apa yang kami lakukan dulu
namun aku tidak ingat siapa mereka, bagaimana rupanya bahkan namanya aku tidak
tau siapa.
Bertemu dengan mereka hanya saat
hari sekolah libur dan juga saat adanya libur panjang.
Kebiasaan rutin yang selalu kami
lakukan ya itu mengganggu pa tua penjaga rakit yang luar biasa garang.
hh..
senja kali ini benar-benar
membuatku bernostalgia, mengingat semua kenangan kecil yang indah dan bermakna.
Setelah beberapa hari bergelut
dengan ingatan yang buruk bahkan sangat buruk sampai aku tidak ingin
mengingatnya lagi.
Entah apa maksudnya setiap hari
semua hal yang terjadi dimasa lalu muncul begitu saja, begitu rapih dan teratur
seolah sengaja disetting untuk diputar kembali secara berurutan.
Baik itu tentang mimpi, tentang
cinta, dan luka.
Kepalaku sakit, apakah aku pernah
mengalami amnesia?
Hingga disaat semuanya bermunculan
membuatku bingung apakah benar aku pernah mengalami semua itu, dimana semua
tampak jelas seolah aku sendiri menyaksikan kejadian saat itu dengan begitu
detail.
Namun, tentang semua hal yang
baik kenapa wajahnya pun samar?
Proses pendewasaan diri yang
bagaimana lagi ini? Mungkinkah ini untuk menguji seberapa bisa aku mengontrol
emosi?
Menyimpan semua tanya dan harap
sendirian itu tidak enak juga, namun jika dibagikan tak ada tempat untuk
berbagi selain padaNya.
Segala ketakutan, trauma dan kebencian
yang dulu ada dan sempat menghilang tiba-tiba muncul kembali perlahan dan
hilang begitu saja.
Ya begitu saja.
Tuhan, kali ini apa yang akan
terjadi? Setelah perasaanku dibolak balik sedemikian rupa. Apakah aku akan
mati?
Kadang aku berpikir, kenapa aku
masih belum bisa mempunyai keluarga kecilku sendiri? Apakah karena usiaku yang
tidak lama? Mungkinkah aku akan meninggal saat kelahiran anak pertamaku..
Ooh ayolah, pikiranku mulai kotor
lagi.
Secepat kilat, sepersekian detik
semuanya dibolak balik.
Apa maknanya?
Apa itu sengaja karena aku hanya
sendirian sekarang?
Ya ya, aku tau sekarang memang
giliranku untuk menjadi pendengar dan bahkan membahagiakan orang lain, bagianku
untuk lebih erat mendekap segala apa yang kurasa, bagianku untuk membuat orang
lain tersenyum dan berhenti mengeluh karena ulahku.
Aku sudah melakukan itu bahkan
dari jauh-jauh hari.
Aku tidak nakal lagi sekarang.
Kamu bisa melihatnya, bahkan
merasakannya.
Perlahan semua yang membuatmu
jengah pergi begitu saja.
Apakah kamu rindu padaku?
Apakah mereka yang telah tiada
pun merindukanku?
Ayolah, beri aku alasan kenapa
secara tiba-tiba dan dalam waktu beberapa hari mereka yang sudah tiada terus
menjadi bayang-bayangku?
Mereka marah karena aku
melupakannya, tak mengirimnya doa bahkan mengingatnya pun tidak.
Jika kemarin bayangan itu tidak
muncul, maka aku benar-benar melupakan mereka.
Hampir saja,namun tidak bisakah
jika bayangan itu berlaku sepintas saja? Tidak perlu berulang-ulang bahkan
sampai terpintas segala hal yang menyangkut diri mereka, baik ketika masih ada
hingga akhir hayatnya.
Aku menangis mendekap luka,
merindukan belaian tangan mereka, merindukan nasihat mereka dan lebih gilanya
aku rindu mereka memarahiku, aku rindu ketika mereka dengan gaya masing-masing
muai melotot kepadaku, menyimpan satu tangan disamping dan satu tangan memegang
sapu, bak penyihir yang sedang merasakan gatal dikepala.
Namun ada juga yang segera
menarik lenganku, menanyaiku dengan baik dan lembut sembari memberiku makanan
agar mudah dalam menjawab.
Dan masih banyak hal kecil yang
berarti besar yang membuatku merindukan mereka.
Aku benar-benar merindukan
mereka.
Aku merindukan masa-masa itu.
Masa dimana semua yang
menyanyangiku masih bersama-sama menghirup udara dan menikmati kehidupan yang
fana.
Aku hanyalah anak kecil yang
perlu bimbingan dan arahan.
Aku hanyalah anak kecil yang
beranjak dewasa.
Aku hanyalah anakkecil yang
dipaksa dewasa sebelum waktunya.
Aku hanyalah anak kecil yang
dipaksakan keadaan untuk dapat menjadi seseorang yang bisa membawa orang-orang
terkasih menjadi lebih baik.
Aku hanyalah seorang anak kecil
pembuat gaduh,
Aku hanyalah seorang anak kecil
yang banyak butuh
Butuh perhatian, butuh kasih
sayang, butuh cinta tulus bukan yang berupa hardikan,pukulan, dan dikucilkan.
Terimakasih..
Setiap hari ingatanku berlari
menerobos lorong waktu.
Terimakasih telah mengingatkanku
pada hal-hal yang terlupakan dan hilang.
Terimakasih memberiku kesempatan
mencari makna semua itu.
Karena belajar tidak harus dari
hal nyata.
Karena semua yang terjadi tidak
boleh terulang sama.
Melangkah maju, atau terpuruk
karena bayang-bayang.
Terimakasih..
Dan, sudah terdengar adzan
maghrib. Saatnya masuk dan selamat tinggal.
*Hari kesaktian Pancasila.
Reason
Reviewed by Silva_
on
7:53:00 am
Rating:
No comments:
Post a Comment