Tiga


Ceritakita - Namaku Mahesa Widjojo. Aku aktif dalam bidang tulis menulis, dan kalian tau perempuan menyebalkan yang ada disampingku ini adalah sahabatku. Kirana Adya Jenaka. Sosok dewasa yang tampak pada mukanya kadang tidak nampak pada dirinya, seorang yang sensitif lebih dari apapun. Mudah menyimpulkan sesuatu, pemarah, judes, namun jika sudah mengenalnya kamu akan lebih kenyang dengan segala pesifatan yang ada pada dirinya.

Sosoknya yang begitu yang aku sukai. Kami bersahabat sudah cukup lama, tidak ada yang tidak kami ceritakan bahkan jika itu hal terjijik sekalipun.

Meskipun usia kamu berdua terpaut jauh, aku menyayangi dan menghormatinya sebagaimana mestinya. Ah aku bosan jika harus bercerita formal begini, hentikan reina. Matikan kameranya!.


Perempuan yang dipanggil reina itu hanya tertawa sambil memegangi perutnya, sikap jahilnya mulai nampak. Dia meminta sahabat tercintanya untuk membuat rekaman yang menceritakan tentang dirinya. Gila memang namun itulah reina a.k.a Kirana.

“Ayolah sa, kali ini saja ! pelit amet timbang bikin rekaman..!”

“Berisik lu ah. Buat apaan sih , aneh-aneh aja idup lu !”

“Buat kenangan saaaa... yah, yah, yah ayolah ..!”

Dalih-dalih marah, Mahesa malah meneruskan kekonyolan yang diciptakan sahabatnya tu.

Oke guys, jadi gue ini dipaksa buat bikin rekaman yang ngebahas tentang manusia kamvret dan biadab bernama Kirana Adya Jenaka. Kesayangan gue yang gue panggil reina sama kaya kucing tetangga gue, sama peseknya, sama gembulnya dan pasti sama banget ganggunya. Sekarang ini dia lagi jomblo dan kesepian makanya akhir-akhir ini do’i sering banget gangguin gue dan ngabisin waktu gue tanpa ngomong dan cerita apa-apa. T*i  gak tuh? Resek emang si pesek reina ini.

“Anj*ng lo!”. Saut reina sambil lempar bantal tepat dimuka Mahes.

Mereka berdua pun tertawa terbahak-bahak, saling lempaar bantal lempar ejekan dan akhirnya terdiam bagai orang bodoh. Tertidur dengan mata sama-sama melihat atap.

Nafasnya mereka terengah-engah karena kelelahan, lalu tiba-tiba reina pun memecah keheningan “Sa, rekamannya masih nyala. Belum gue matiin dan tadi pas lu ngegas berkali-kali itu ada dalam rekaman dan gue bakal sebarin ke sosmed kalo Mahesa Widjojo seorang cewek anggun dan terhormat kalo ngegas itu berisik dan baunya ampun ampunan” Rena tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Mahes yang ada disisinya melongo dan mengambil apa saja yang ada didekatnya untuk dilempar ke tubuh Reina.
“Gila lu ya! Pantesan aja dari tadi lu cengagas cengeges so kalem dan mengalah, taunya itu pencitraan doang. Kamvret reina biadab!!!” mereka kembali saling lempar dan saling ejek, tertawa terbahak-bahak lagi dan tiduran lagi.

Mahesa Widjojo. Tetanggaku. Sahabat karibku. Tempat sampahku. Ya dia mahes. Manusia sisa.

Anak kesayangan dari Om Winarko dan tante Ida, sering menghabiskan waktu dirumahku dibanding dirumahnya sendiri. Kedua orangtuanya adalah pekerja keras sehngga mereka jarang berada dirumah untuk menemani anak manis penuh pencitraan ini.

Mahes anak satu-satunya yang mereka tunggu selama 7 tahun setelah pernikahannya. Segala cara mereka lakukan untuk memiliki keturunan, bahkan keduanya hampir putus asa dan memutuskan berpisah, namun Tuhan berkehendak lain ditengah konflik panas yang terjadi saat itu, mahes muncul dalam kandungan sang mama dan tak butuh waktu lama setelah mengetahuinya kedua orang yang hampir menyerah itu akhirnya bersatu kembali, bersama-sama menjaga jabang bayi yang masih muda dalam kandungan hingga tiba waktunya anak itu lahir dan menjadi satu-satunya malaikat dirumah itu. Tante Ida tak bisa lagi memiliki anak karena kondisinya yang mengharuskan rahimnya diangkat. Meski demikian mereka tetap menerima, toh apa yang diharapkan sudah ada meski ada satu namun itu adalah anugerah terindah yang dimiliki keluarga mereka.

Om Winarko bekerja diperusahaan yang berbeda dengan tante Ida, mereka memiliki usaha yang cukup maju dengan prestasi yang cemerlang dan tentu saja pundi-pundi uang yang tak henti mengalir, semua dilakukan demi Mahes, yang tanpa mereka sadari anak kesayangannya kehilangan waktu bersama mereka yang lebih disibukkan dengan pekerjaan dibandingkan menemani anaknya.

Dan disinilah dia sekarang, dikamarku seolah ini kamarnya bahkan dia lebih kerasan tinggal disini menganggap bahwa inilah rumahnya bukan yang sebelah, fasilitas yang disediakan orangtuanya berpindah kekamarku. Dia sangat kerasan disini, mengingat ibuku seorang ibu rumah tangga sehingga dia dapat menghabiskan banyak waktu dengan bebenah rumah dan mengobrol dengan kami. Cinta yang hangat bukan? Ada orang yang selalu siap mendengarkan dan menasihati dikala sibuknya dia dengan pekerjaan rumah yang tak pernah usai dan terulang setiap harinya.

Mahesa Widjojo.

Tiga Tiga Reviewed by Silva_ on 2:17:00 pm Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.